Dinkes Bali: Tak Ada Lonjakan Kasus sejak Temuan Kasus BA.4 dan BA.5
CNN Indonesia
Minggu, 12 Jun 2022 23:46 WIB
Ilustrasi. Empat kasus BA.4 dan BA.5, yang terdeteksi di Bali dari peserta dan panitia forum internasional kebencanaan (GPDRR) adalah yang pertama di Indonesia. (AFP/SONNY TUMBELAKA)
Denpasar, CNN Indonesia --
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali mengklaim sejak ditemukan pasien Covid-19 subvarian omicron baru BA.4 dan BA.5 yang teridentifikasi di Pulau Dewata itu belum ada lagi lonjakan kasus hingga saat ini.
Sebagai informasi, Bali telah mendapatkan setidaknya empat orang yang terpapar subvarian baru tersebut. Mereka adalah empat orang dari panitia dan peserta forum kebencanaan internasional (Global Platform for Disaster Risk Reduction/GPDRR) yang digelar 23-28 Mei 2022, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali.
"Dari tanggal 28 Mei sampai sekarang tanggal 10 (Juni 2022) masih belum ada lonjakan. Masih kisaran 1 sampai 20 orang yang positif (per hari) belum ada lonjakan. Yang positif, tetap kita periksa dan saat ini belum ditemukan, saya ceks terus harian selama kita ceks tidak ada varian baru dan belum ditemukan sampai saat ini," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom saat dihubungi, Jumat (10/6) malam.
"Kita sudah hampir dua Minggu belum ada lonjakan sama sekali. Tapi tetap kita pantau yang positif, kita cek apakah dia ada varian baru itu, kita cek dan selama ini masih virus biasa. Artinya Covid-19 yang omicron," katanya.
Ia juga menyebut gejala yang varian BA.4 dan BA.5 menurutnya tidak terlalu parah bila melihat penjelasan dari badan kesehatan dunia di bawah PBB, World Health Organization (WHO). Artinya, kata Anom, sama saja dengan yang sekarang yaitu seperti omicron.
"Itu (kasus) pertama di Afrika Selatan terus masuk ke Eropa katanya bikin lonjakan kasus. Entah itu, karena lebih cepat dibandingkan varian yang lama. Tapi, kita amati dua Minggu ini tidak ada lonjakan di Bali," jelasnya.
"Kita temukan karena spesimen yang positif (saat ini) kita kirim ke Jakarta untuk kita lihat adakah spesimen baru ini, kalau tidak berarti mereka saja itu yang kena," imbuh Anom.
Tidak Ada Lonjakan Kasus
Menurutnya, hingga saat akhir pekan ini di Bali tidak ada lonjakan kasus karena mayoritas masyarakat di Pulau Dewata itu sudah melakukan vaksinasi booster . Dia pun mengklaim dan tingkat imun di Bali sudah terbentuk 98 persen.
"Pertama iya booster, terus tingkat imun kita sudah 98 persen. Maksudnya hub immunity itu sudah terbentuk se-Bali. Tingkat kesembuhan sudah hampir di atas 97 persen dan yang OTG juga beberapa hari sudah sembuh, ini sudah kayak flu biasa. Tetapi, tetap sesuai anjuran pemerintah kalau terbiasa pakai masker iya pakai saja tidak masalah, tetap pakai masker karena kita belum endemi, belum bebas," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, menerangkan adanya empat kasus subvarian omicron baru BA.4 dan BA.5 yang teridentifikasi di Pulau Dewata. Empat kasus tersebut, rupanya ditemukan saat kegiatan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) yang digelar pada tanggal 23 hingga 28 Mei 2022, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali.
Empat orang yang terpapar itu adalah satu WNI, dan tiga warga negara asing (WNA).
Untuk yang WNI berstatus sebagai panitia di GPDRR dari Jakarta. Sementara, tiga orang lainnya adalah Warga Negara Asing (WNA) dan mereka peserta di GPDRR di Bali yang berasal dari Amerika, Brazil dan Mauritius.
"Satu orang panitia itu dari Jakarta dan tiga orang itu adalah WNA. Waktu itu, (mereka) dicek di bandara, karena waktu itu kita tidak tahu [varian baru] dan hasil PCR-nya positif dan langsung kita karantina di hotel. Lalu, spesimen yang positif itu kita kirim ke Kemenkes tanggal 26 Mei 2022 dan dicek lagi virusnya dan ternyata ada empat orang ditemukan varian baru," ungkap Anom saat dikonfirmasi Jumat lalu.
Namun, oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hasil tersebut baru dirilis tanggal 9 Juni 2022. Pasien yang terpar Covid-19 subvarian omicron baru satu orang BA.4 dan tiga orang BA.5.
Anom juga menerangkan mereka setelah diketahui positif Covid-19, diputuskan tidak mengikuti kegiatan sisa forum internasional tersebut, dan dikarantina selama lima hari di hotel. Setelah itu mereka dicek lagi, dan ternyata negatif Covid-19 dan langsung dipulangkan.
"Mereka di karantina lima hari. Sudah sembuh waktu dicek lagi kalau positif kan tidak boleh pulang. Mereka kemungkinan tidak ikut karena acaranya lima hari dan mereka diceknya ada yang tanggal 25 Mei dan 26 Mei. Kayaknya (mereka) sempat tidak diikut. Acara selesai, dicek ulang lagi sudah negatif, iya pulang ke negaranya," ujarnya.
(kdf/kid)
Saksikan Video di Bawah Ini: