IDI Prediksi Puncak BA.4 dan BA.5: Tak Setinggi Delta Tapi Lebih Lama

CNN Indonesia
Jumat, 17 Jun 2022 13:38 WIB
Ketua Satgas Covid-19 Zubairi memprediksi puncak gelombang subvarian BA.4 dan BA.5 tidak akan terlalu tinggi, tetapi berlangsung lama.
Ilustrasi tes Covid-19 massal. (Foto: CNN Indonesia/ Taufiq Hidayatullah)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban memprediksi puncak gelombang kasus Covid-19 dari subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia tidak akan setinggi puncak Delta dan Omicron sebelumnya.

Namun, Zubairi menilai ada kecenderungan puncak gelombang yang disebabkan oleh dua subvarian ini akan berlangsung cukup lama.

"Yang jelas puncaknya tidak akan setinggi Delta. Namun jangka waktu beredarnya mungkin lebih lama dibanding varian sebelumnya. Artinya puncaknya tidak akan terlalu tinggi dan dari kurvanya akan agak melebar," kata Zubairi melalui cuitan di akun twitter @ProfesorZubairi, Jumat (17/6). CNNIndonesia.com telah diberikan izin mengutip unggahan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun gelombang Delta dengan puncak penambahan 56.757 kasus pada 15 Juli 2021 dan Omicron dengan penambahan 64.718 kasus pada 16 Februari 2022 berlangsung selama 1-2 bulan di Indonesia.

Zubairi menjelaskan, sejak pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan awal tahun ini, subvarian BA.4 dan BA.5 menyebar cukup pesat di berbagai negara.

Ia mencontohkan Amerika Serikat (AS). Saat awal Mei, subvarian BA.4 dan BA.5 hanya menyumbang 1 persen kasus, tapi saat ini sudah menyumbang 21 persen kasus baru di AS.

Zubairipun menyoroti kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia yang sudah perlu diwaspadai. Kenaikan kasus mingguan Covid-19 terhitung 84 persen lebih tinggi atau naik 1,8 kali lipat dibandingkan pekan sebelumnya.

"Perlu hati-hati. Namun situasi Indonesia masih lebih baik ketimbang negara tetangga seperti Malaysia atau Thailand," katanya.

Lebih lanjut, Zubairi membeberkan sejumlah karakteristik kedua subvarian ini. Ia menyebutkan berdasarkan penelitian sementara, BA.4 dan BA.5 memiliki kemampuan lebih cepat menular dan dapat menembus kekebalan seseorang yang pernah terinfeksi Omicron sebelumnya.

Kedua subvarian baru itu juga memiliki karakteristik menurunkan kemampuan terhadap terapi beberapa jenis antibodi monoklonal hingga memiliki kemampuan lolos dari perlindungan kekebalan yang disebabkan oleh vaksinasi dan infeksi varian Omicron.

"Namun, belum ada data bahwa BA.4 atau BA.5 menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada subvarian Omicron yang beredar saat ini," ujarnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun menyatakan gejala subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 lebih ringan dari subvarian Omicron sebelumnya dan varian Delta.

Adapun pada pekan ini, kasus mingguan Covid-19 di Tanah Air naik 84 persen atau naik 1,8 kali lipat dibandingkan pekan sebelumnya.

Berdasarkan data yang dihimpun dari laporan harian pemerintah, tercatat selama periode 10-16 Juni, jumlah kumulatif kasus konfirmasi Covid-19 dalam sepekan berjumlah 5.688 kasus.

Sementara pada periode sepekan sebelumnya atau selama periode 3-9 Juni, kasus Covid-19 berjumlah 3.091 kasus.

(khr/tsa)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER