Azyumardi Azra Anggap Presiden Lama Jadi 'Bebek Lumpuh' Usai Pilpres

CNN Indonesia
Sabtu, 25 Jun 2022 13:18 WIB
Cendekiawan muslim Azyumardi Azra menganggap presiden lama berpotensi menjadi bebek lumpuh selama 8 bulan usai ada presiden baru hasil Pilpres 2024.
Cendekiawan muslim Azyumardi Azra menganggap presiden lama berpotensi menjadi bebek lumpuh selama 8 bulan usai ada presiden baru hasil Pilpres 2024 (Detikcom/Ari Saputra)
Jakarta, CNN Indonesia --

Cendekiawan muslim Azyumardi Azra menganggap presiden lama bakal seperti bebek lumpuh jika KPU sudah menetapkan pemenang Pilpres 2024 mendatang.

Pasalnya, presiden lama tidak bisa lagi mengeluarkan kebijakan strategis ketika KPU telah mengumumkan pemenang Pilpres 2024.

"Yang dimaksud di sini sebagai 'bebek lumpuh', adalah presiden yang sedang menjabat tak bisa lagi mengeluarkan kebijakan yang efektif dan strategis, karena sudah ada presiden dan wakil presiden baru, meskipun belum dilantik," kata Azyumardi seperti dikutip dari Antara, Sabtu (25/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Azyumardi berkaca pada tahapan Pilpres 2024 yang telah dibuat KPU. Berdasarkan jadwal, hasil real count akan selesai pada 20 Maret 2024 sementara pelantikan baru dilakukan pada 20 Oktober.

Akan ada jeda waktu 7 bulan dari mulai adanya presiden terpilih (meski belum dilantik) dengan presiden lama yang masih menjabat.

Menurut Azyumardi, rentang waktu dari pengumuman pemenang pilpres hingga pelantikan presiden baru cenderung lama. Saat itu, kata Azyumardi, Indonesia seolah memiliki dua Presiden, yakni presiden yang masih menjabat dan presiden terpilih hasil pemilu.

Atas dasar itulah Azyumardi menganggap presiden lama bakal seperti bebek lumpuh, karena selama 8 bulan tidak bisa mengeluarkan kebijakan strategis lantaran telah ada presiden baru hasil pilpres.

Apalagi jika ada gugatan yang masuk ke Mahkamah Konstitusi (MK) dan menguatkan hasil Pilpres 2024. Hal itu semakin memperkuat legitimasi presiden hasil pilpres sekaligus membuat presiden lama kian menjadi bebek lumpuh.

Masih dari Antara, Direktur Eksekutif SMRC Sirajuddin Abbas juga mengatakan hal serupa. Menurut dia, daya tawar presiden lama semakin turun di mata partai politik.

"Pada saat itulah sekutu politik akan pergi ke pemenang atau presiden terpilih. DPR juga mulai tidak responsif terhadap keinginan presiden petahana," kata Sirajuddin.

(tst/antara/bmw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER