MUI Imbau Umat Islam Tak Khawatir Berkurban di Tengah Isu PMK
Masyarakat Indonesia khususnya umat Muslim diimbau untuk tetap optimis pelaksanaan Iduladha, termasuk ibadah pemotongan hewan kurban berjalan dengan lancar.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berharap umat tidak dipenuhi kekhawatiran berlebihan dalam pelaksanaan kurban meski wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) hewan ternak marak terjadi beberapa hari terakhir.
"Artinya kita harus menyikapi secara proporsional karena para ahli kita sudah ada upaya mengantisipasi. Dari perspektif MUI, berkurban merupakan hal yang wajib dijalankan," kata Sekjen MUI Amirsyah Tambunan dalam diskusi FMB9, Rabu (29/6).
MUI, kata Amirsyah, terus menganjurkan kepada umat muslim agar dapat ikut memastikan bahwa hewan kurban yang dikurbankan itu harus sesuai dengan kriteria. Utamanya, soal kesehatan hewan ternak.
Jika ada gejala klinis yang ringan, lanjut Amirsyah, dengan banyak mulai keluar air liur dan susah makan, tetap diperkenankan untuk dikurbankan jika masih dalam kondisi yang kuat. Namun kalau ada hewan yang mengalami gejala berat semisal lesu dan sebagainya, bahkan cenderung kurus, maka tidak sah untuk dikurbankan.
"Adapun hewan ternak yang sakit dan diberi vaksin, bisa dikurbankan dengan rentang waktu penyembelihannya tentu 10 sampai 13 Zulhijjah artinya di hari Tasyrik, dan ketika hewan itu sakit dan masih di hari tasyrik, maka tidak sah berkurban dan dianggap sedekah," ujar Amirsyah.
MUI dalam kesempatan itu mengimbau jika umat Islam menemukan hewan kurban yang tengah dalam kondisi sakit, ada baiknya segera disembelih. Tentunya dimasak dengan cara yang standar kesehatan.
Dalam diskusi yang sama, Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian, Agung Suganda memastikan pemerintah telah melakukan upaya optimal dalam mencegah dan meminimalkan sebaran penyakit mulut dan kuku terhadap hewan ternak di tanah air.
Dalam paparannya, Agung mengatakan bahwa angka terkini sebaran hewan ternak yang terjangkit PMK sebanyak 283 ribu ekor yang tersebar di 19 provinsi. Sebanyak 91 ribu hewan diantaranya berhasil sembuh.
"Kasus PMK tertinggi berada di Jawa Timur, Aceh, NTB, Jawa Barat dan Jawa Tengah," ujar Agung.
Agung melanjutkan, upaya yang dilakukan dengan terus mengoptimalkan pengadaan disertai dengan distribusi sebanyak tiga juta dosis vaksin.
Selain itu, di daerah dilakukan penguatan dengan membentuk gugus tugas hingga crisis center. Pencegahan penyebaran dilakukan dengan melakukan penutupan/lockdown sejumlah wilayah yang terkena wabah.
"Kerja sama lintas sektor, pusat dan daerah, perbatasan dan terus memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang kegunaan vaksin dan obat-obatan kepada hewan ternak," ujar Agung.
(osc)