Konstelasi politik Pemilu 2024 mulai membuka kemungkinan pada pertarungan empat poros koalisi partai pendukung calon presiden (capres) pada Pilpres 2024.
Prediksi itu muncul dari pemikiran sejumlah pakar setelah beberapa partai saling menjajaki koalisi. Mereka berupaya mengumpulkan minimal 20 persen kursi DPR RI atau 25 persen suara sah nasional untuk bisa mengusung capres.
Misalnya, Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Koalisi ini punya kekuatan 23,65 persen kursi DPR RI.
Ada pula Partai Golkar, PAN, dan PPP yang sudah lebih dulu berkoalisi yang membentuk Koalisi Indonesia Bersatu. Koalisi ini punya modal 25,74 persen kursi DPR RI.
Sementara PDIP punya keistimewaan bisa mengusung capres tanpa koalisi. Mereka menguasai 22,26 persen kursi di DPR RI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selebihnya, Partai NasDem telah menjajaki pertemuan dengan PKS dan Partai Demokrat. Jika koalisi terbentuk, mereka akan punya modal 28,35 persen kursi DPR.
Pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi mengatakan secara hitung-hitungan empat poros mungkin saja terbentuk pada Pilpres 2024.
Meski demikian, ia melihat tiga poros lebih realistis. Hal ini disebabkan jumlah kandidat presiden potensial yang terbatas.
"Dari segi syarat, oke bisa empat poros. Persoalannya, mereka berkoalisi satu targetnya, menang. Berapa calon potensial?" kata Asrinaldi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (4/7).
Lihat Juga : |
Asrinaldi berpendapat hanya tiga orang yang punya suara signifikan untuk menjadi kandidat presiden. Mereka adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.
![]() |
Menurutnya, partai-partai akan berkerumun membentuk koalisi untuk mengusung tiga kandidat itu. Bahkan, ia menilai koalisi yang sudah terbentuk saat ini bisa saja goyang jika tak kebagian capres.
"Koalisi Indonesia Bersatu itu saya pikir juga enggak akan solid, kecuali bisa mendukung Ganjar dengan Erick Thohir," ucapnya.
Peneliti Charta Politika Indonesia Ardha Ranadireksa menilai empat poros pada Pilpres 2024 tak menutup kemungkinan bakal terbentuk. Hal itu disimpulkan dari manuver-manuver politik yang ada saat ini.
Dia menyebut PDIP bisa membentuk poros sendiri untuk mengusung Ganjar Pranowo. Kemudian, Partai Gerindra dan PKB akan mengusung Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar.
Lihat Juga : |
Sementara itu, Partai Golkar-PAN-PPP bisa saja mengusung Ridwan Kamil ataupun Airlangga Hartarto. Partai NasDem-Partai Demokrat-PKS diprediksi mengusung Anies Baswedan.
Meski demikian, Ardha mengatakan peta politik saat ini belum final. Dia menyebut PDIP dan NasDem akan menjadi penentu peta kekuatan.
"Misal terjadi suatu pertemuan yang baik antara Bu Mega dengan Pak Surya Paloh, koalisi keempat sangat sulit terbentuk," ucap Ardha saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (4/7).
![]() |
Asrinaldi mengatakan pilpres dua putaran hampir pasti terjadi pada 2024 jika ada empat poros koalisi.
Dia mengatakan skenario Pilpres 2024 akan mirip dengan Pilpres 2004. Pilpres akan diikuti oleh beberapa kandidat potensial.
"Ya dua putaran. Kalau pengalaman 2004, bagaimana kekuatan ada Amien Rais, SBY, Megawati, Pak Wiranto juga," ucap Asrinaldi.
Lihat Juga : |
Asrinaldi berpendapat peta kekuatan politik kemungkinan berubah saat putaran kedua dimulai. Dia berkata hasil akhir pilpres akan ditentukan oleh kelihaian dua capres dalam merebut suara kandidat yang kalah pada putaran pertama.
"Misalnya yang akhirnya Prabowo dengan Ganjar, suara Anies akan menjadi penentu," tuturnya.
Ardha juga memprediksi putaran kedua akan berlangsung pada 2024. Dia berkata partai-partai politik harus punya persiapan lebih untuk menghadapi skenario itu.
Menurut Ardha, koalisi menjadi sebuah keharusan untuk memenangkan putaran kedua. Dia menyebut PDIP sekali pun akan kesulitan jika tak punya rekan koalisi.
"Ketika harus bertarung sampai 50 persen plus satu, PDIP hanya sendiri, saya pikir itu tekanannya akan sangat tinggi. Jadi, dikelilingi oleh kompetitor yang bersatu," ujar Ardha.