Eks Direktur WHO Soroti Tes Covid RI Rendah Saat Gelombang BA.4 & BA.5
Mantan Direktur Badan Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama menyoroti jumlah pemeriksaan warga terhadap virus corona (Covid-19) di Indonesia yang masih relatif rendah dibandingkan beberapa bulan sebelumnya saat Indonesia mengalami puncak Omicron.
Dengan jumlah spesimen harian di bawah 100 ribu per hari, maka wajar menurutnya apabila prediksi puncak Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 yang sebelumnya diproyeksi mencapai 20 ribu kasus tidak terjadi di Indonesia pada pekan kedua dan ketiga Juli 2022.
"Sebagai ilustrasi, pada 10 Maret 2022 kasus baru kita adalah 21.311 orang, dan pemeriksaan hari itu adalah 257.959 spesimen. Artinya, jelas jumlah testing sekarang yang masih puluhan ribu harus ditingkatkan, kalau mengikuti prediksi 20 ribu kasus baru per hari," kata Tjandra kepada CNNIndonesia.com, Rabu (13/7).
Tjandra kemudian memaparkan data tes Covid rendah di masa gelombang Omicron subvarian BA.4 dan BA.5.
Data pada 11 Juli 2022 terdapat 71.095 spesimen yang diperiksa, dan yang positif saat itu adalah 1.681 orang. Kemudian, satu hari sesudahnya, yaitu 12 Juli, tercatat sebanyak 97.935 spesimen yang diperiksa, dan yang positif adalah 3.361 orang.
"Angka-angka ini menunjukkan jumlah kasus meningkat 1,99 kali, hampir dua kali lipat, sementara jumlah pemeriksaan hanya naik 1,37 kali lipat, jadi artinya situasi lebih serius dan jelas kita harus waspada," kata dia.
Tjandra kemudian menyoroti bahwa peningkatan kasus konfirmasi dan kematian Covid-19 sepekan ini juga dibarengi dengan jumlah pemeriksaan yang menurun kendati tidak signifikan. Penurunan sekitar 1,27 persen dibandingkan sepekan sebelumnya.
Selama periode 29 Juni-5 Juli, jumlah warga yang diperiksa sebanyak 357.981 orang dengan total 503.319 spesimen yang diperiksa. Selanjutnya, pada rentang waktu 6-12 Juli, jumlah orang yang diperiksa berkurang menjadi 353.471 orang dengan 493.565 spesimen yang dilaporkan.
Dalam hal ini, capaian pemeriksaan Covid-19 di Indonesia dihitung dari hasil pemeriksaan menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) alias tes swab, tes cepat molekuler (TCM), dan rapid test antigen.
Dengan demikian, Tjandra mengingatkan bahwa banyak sedikitnya kasus Covid-19 yang dilaporkan tergantung pada jumlah pemeriksaan yang dilakukan pemerintah. Ia lantas mendorong agar pemerintah terus meningkatkan jumlah spesimen dan orang yang diperiksa setiap harinya.
"Peningkatan testing harus diikuti juga dengan tracing yang masif. Hanya dengan cara itu kita dapat mengetahui situasi lapangan yang sebenarnya dan kemudian mengambil langkah pengendalian yang tepat," ujar Tjandra.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebelumnya berharap prediksi 20 ribu kasus sehari selama puncak kasus Omicron BA.4 dan BA.5 tidak terjadi di Indonesia. Puncak kasus dari kedua subvarian itu diprediksi terjadi pada pekan kedua atau ketiga Juli 2022.
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menambahkan, optimisme itu muncul usai kasus Covid-19 harian belakangan ini hanya berkisar 1-3 ribu kasus per hari.
Namun demikian, Syahril tetap mewanti-wanti agar masyarakat tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas.
Selain itu, warga yang belum sama sekali menerima vaksin Covid-19 maupun yang belum menerima vaksin primer lengkap diminta untuk segera mengakses layanan vaksinasi di fasilitas kesehatan. Ia juga mendorong agar masyarakat segera mengakses vaksinasi dosis lanjutan atau booster untuk mendapatkan imunitas tambahan.
(wis/wis)