Polda Metro Jaya kembali menggelar prarekonstruksi kasus tewasnya Brigadir J, Sabtu (23/7). Jika tadi malam prarekonstruksi digelar di Balai Pertemuan Polda Metro Jaya, prarekonstruksi hari ini digelar di tempat kejadian peristiwa di kediaman Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (nonaktif) Inspektur Jenderal Ferdy Sambo.
Prarekonstruksi hari ini melibatkan sejumlah pihak seperti Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis), Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor), Kedokteran Kepolisian (Dokpol), dan penyidik gabungan.
Kepala Divis Humas Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan prarekonstruksi digelar untuk proses pembuktian secara ilmiah terkait penjelasan peristiwa yang terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prarekonstruksi digelar oleh penyidik Polda Metro Jaya.
"Untuk prarekonstruksi di TKP hari ini masih sama, dilaksanakan oleh Polda Metro Jaya," kata Dedi.
Ia juga mengatakan prarekonstruksi yang digelar hari ini merupakan lanjutan dari prarekonstruksi tadi malam.
"Sekarang dilaksanakan di TKP agar proses pembuktian secara ilmiah, untuk menjelaskan peristiwa yg terjadi. Untuk pelibatan sama, dari Inafis, Labfor dan Dokpol serta penyidik gabungan," kata Dedi.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, anggota polisi mulai berkumpul di depan rumah Ferdy Sambo sekitar pukul 11.20 WIB. Mereka kemudian masuk ke dalam rumah tersebut.
Agenda tersebut berlangsung tertutup dan hanya diikuti oleh pihak kepolisian. Sebelumnya, mobil Inafis hingga Puslabfor juga terpantau masuk ke area kediaman Ferdy Sambi di Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Kasus penembakan Brigadir J menjadi sorotan publik lantaran sarat kejanggalan. Menurut versi polisi, penembakan terhadap Brigadir J bermula dari aksi pelecehan seksual terhadap Istri Ferdy Sambo.
Istri Ferdy lalu teriak hingga membuat Brigadir J keluar kamar. Bharada E, yang juga sedang di rumah, bertanya kepada Brigadir J ihwal apa yang terjadi.
Masih berdasarkan keterangan polisi, Brigadir J langsung menembak ke arah Bharada E. Baku tembak lalu terjadi antara keduanya hingga membuat Brigadir J meninggal dunia.
Namun, keluarga Brigadir J tidak puas dengan penuturan Mabes Polri. Keluarga menyebut jenazah Brigadir J juga ditemukan sayatan serta jari tangan yang putus, sehingga dirasa janggal jika kematian disebabkan oleh baku tembak.
Kasus ini pun berbuntut pada penonaktifan sejumlah pejabat di lingkungan Polri seperti Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, Kepala Biro Paminal Brigjen Hendra Kurniawan dan Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi.
(frl/sur)