Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi mengatakan Kopda Muslimin mengawasi langsung aksi penembakan terhadap sang istri melalui CCTV dari lantai atas rumah. Penembakan itu telah direncanakan sejak satu bulan lalu.
"Pada saat penembakan satu kali, rupanya suami itu melihat di lantai atas. Jadi di lantai atas itu ada CCTV. Suaminya melihat, monitor," kata Luthfi kepada CNN Indonesia TV, Senin (25/7).
Luthfi berujar Muslimin memerintahkan SG alias B selaku eksekutor untuk menembak istrinya sebanyak dua kali. Sebab, dalam penembakan yang pertama, Muslimin melihat istrinya masih bisa berjalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi eksekutornya ini setelah nembak, pergi. Di 200 meter ada pos di sana. Kemudian ditelepon lagi, 'itu istri saya enggak mati'. Kemudian (diminta) kembali lagi untuk dilakukan penembakan," ujarnya.
Lihat Juga : |
Dari hasil pemeriksaan di lokasi, polisi menemukan satu buah proyektil yang diduga menembus tubuh korban saat pelaku melakukan penembakan pertama. Selain itu, polisi juga menemukan satu proyektil lainnya yang bersarang di tubuh korban.
Menurut Luthfi, temuan tersebut sesuai dengan keterangan saksi mengenai perintah penembakan yang diberikan Muslimin.
"Artinya dua kali tembakan matched (cocok) dengan apa yang diperintahkan oleh suami kepada eksekutor," katanya.
Adapun peristiwa penembakan itu terjadi pada Senin (18/7). RW, istri Kopda Muslimin, ditembak dua orang tak dikenal yang berboncengan sepeda motor.
Saat kejadian, korban ada di depan rumahnya. Tiba-tiba dua orang itu menghampiri korban yang baru saja menjemput anaknya sekolah.
Kedua orang itu melepaskan dua tembakan yang mengenai perut korban. RW mengalami luka di bagian perut dan kini dalam penanganan medis di rumah sakit.
Polisi telah menetapkan lima orang tersangka. Masing-masing berperan sebagai tim eksekutor, tim pengawas, dan penyedia senjata api.
Sementara Kopda Muslimin hingga kini masih dalam pengejaran. Ia diduga menjadi aktor intelektual atas penembakan istrinya sendiri.
(blq/tsa)