LIPUTAN KHUSUS

Banda Neira, VOC dan Peletakan Batu Pertama Kolonialisme Belanda

CNN Indonesia
Senin, 15 Agu 2022 08:55 WIB
Kepulauan Banda dengan kesuburan Pala mengundang Belanda melalui VOC untuk datang. Tak cuma ingin jadi pembeli, VOC datang ingin merampas.
(Kepulauan Banda, kawasan yang kaya pala yang jadi magnet Belanda datang untuk menjajah nusantara. (CNN Indonesia/Safir Makki))
Jakarta, CNN Indonesia --

Benteng Belgica berdiri gagah bernuansa hitam. Lima moncong meriam menganga di lima sudut, seakan siap merobek awan di langit Maluku Tengah. Bersisian Belgica, ada Benteng Nassau. Sisa tonggak benteng Portugis yang terbujur meringkuk, remuk tak lagi utuh.

Kedua benteng mengimpit sumur tua berlumut. 400 tahun lalu, sumur itu jadi kolam bangkai manusia. Tempat masyarakat Banda Neira dibantai oleh tamu jauh, bangsa Belanda. Cuma karena satu hal yang kini dianggap remah: Rempah.

Selurusan Benteng Nassau, burung tirang--warga menyebutnya-- menari-nari rendah di udara. Membidik ikan-ikan di perairan dangkal laut Banda. Di pesisir berserak karung-karung pasir menunggu diangkut. Pasir diambil dari Gunung Api Banda yang terakhir erupsi pada 1988.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lokasi ini bernama Pelabuhan Tita Lama, jalur bolak-balik kapal VOC mengangkut jutaan biji Pala dari pulau seberang: Lonthor, Ay, hingga Pulau Rhun.

"Kita orang masih ingat erupsi Gunung Api, semua panik lari ke bukit. Ada warga Neira tak sadar lari dengan menggandeng istri orang," ujar sesepuh Neira, Mochtar Thalib.

Banda NeiraSuasana Banda Neira di awal abad ke-18. (Josias Cornelis Rappard/Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen.

Belgica, Nassau dan Tita Lama jadi monumen terdepan bercerita tentang genosida, pembantaian paling brutal abad ke-17. Diperkirakan, sebanyak 14 ribu nyawa rakyat Banda dihilangkan demi obsesi keagungan Pala. Seribu orang disisakan, berlarian ke pulau luar, atau mati dilahap lautan. Banda disulap jadi panggung perbudakan. Pilu yang tak luput diurai Hanna Rambe dalam novelnya: Mirah di Banda.

Musim angin timur pada Juli lalu mengantarkan CNNIndonesia.com menyambangi Neira, episentrum ekonomi sekaligus pusat pemerintahan di Kepulauan Banda. Di Banda, CNNIndonesia.com didampingi kawan-kawan pegiat sejarah dan sosial dari Persatuan Banda Muda (Perbamu), Miftah Sabban dan Supiati Hatuala.

Banda berada di Kabupaten Maluku Tengah. Di kepulauan ini menggugus 11 pulau: Banda Besar (dulu dikenal dengan nama Lonthor), Neira, Hatta, Sjahrir, Gunung Api, Ay, Run, Nailaka, Manukang, Batu Kapal dan Karaka. Empat pulau terakhir tak dihuni.

Pada musim angin di Banda--baik timur maupun barat, langit tak bosan mendung, ombak semangat bersabung. Dalam keyakinan leluhur, gelombang tinggi menolak tunduk sampai ada nelayan yang hilang saat nekat melaut. Musim ini juga yang mengantarkan Portugis, bangsa Eropa pertama yang berhasil melempar jangkar pada 1512.

"Dua bulan kami berlayar dari Malaka. Bekal yang kami bawa habis. Kami bertahan hidup dengan terpaksa memakan segala yang ada di kapal, termasuk kecoa, tikus kapal dan keju busuk. Hingga tibalah kami di Kepulauan Banda Neira yang indah," Francisco Serrau dalam sebuah catatan perjalanan di abad ke-16.

Benteng Nassau merupakan benteng pertama yang dibangun oleh Bangsa Belanda di Banda Neira. Dibangun pada tahun 1607 di bawah kepemimpinan Admiral Verhoef, benteng Nassau didirikan di atas bekas pondasi benteng milik Portugis yang pernah berkuasa di Banda Neira. CNN Indonesia/Safir MakkiBenteng Nassau merupakan benteng pertama yang dibangun oleh Bangsa Belanda di Banda Neira. Dibangun pada tahun 1607 di bawah kepemimpinan Admiral Verhoef, benteng Nassau didirikan di atas bekas pondasi benteng milik Portugis yang pernah berkuasa di Banda Neira. CNN Indonesia/Safir Makki

Jejak mula perampasan rempah

Banda tak cuma melukis keindahan alam, tapi juga berkah di rahimnya: Pala (mystica fragrans). Tertulis dalam Negarakertagama hingga Summa Oriental. Tome Pires menyalin gurauan pelaut Melayu tentang takdir: Tuhan telah menciptakan Cengkih untuk Maluku, Cendana untuk Timor, tapi Pala hanya di Banda. Keparipurnaan alam di Banda disimpulkan Sutan Sjahrir dalam memoarnya kala diasingkan: jangan mati dulu sebelum ke Banda Neira.

Banda muncul dalam salinan peta tua pelayaran Eropa saat dunia dibelah cuma jadi dua: barat untuk Spanyol dan timur untuk Portugis dalam perjanjian Tordesillas 1447. Perjanjian itu membawa Portugis berjodoh dengan Maluku, termasuk Banda. Willard A Hanna dalam buku Kepulauan Banda, Kolonialisme, dan Akibatnya di Kepulauan Pala mencatat kedatangan Portugis pada 1511.

Jejak Pelabuhan Tita Lama, pelabuhan pertama pada era kedatangan belanda di Banda Neira, Maluku Tengah. CNN Indonesia/Safir MakkiJejak Pelabuhan Tita Lama, pelabuhan pertama pada era kedatangan belanda di Banda Neira, Maluku Tengah. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Pala menjadikan Banda kota metropolis dengan pemukim yang begitu kosmopolitan di lingkar perdagangan internasional. Pala diperebutkan, pernah dihargai setara tujuh ekor sapi gemuk pada abad ke-15. Petaka di Banda tak lepas dari kedatangan Belanda, dimulai pada 1599, lalu 1602, pengerahan armada militer pada 1608, berujung genosida 14 ribu rakyat Banda pada 1621.

"Belanda datang tak cuma hendak membeli rempah. Tapi melakukan konsentrasi militer. Membangun kerja sama yang monopolistik dan antiportugis. Berujung genosida, pembantaian 14 ribu rakyat sejak 1621," ujar Sejarawan Banda, Muhammad Farid.

Simak Video Liputan Khusus CNN Indonesia ke Banda Neira di bawah:

[Gambas:Video CNN]

Bangsa Belanda pertama kali menginjakkan kaki di Kepulauan Banda melalui Pulau Lonthor pada 15 Maret 1599. Pemimpin pelayaran Laksamana Madya Jacob van Heemskerck. Kedatangan itu disertai 200 pedagang dan beberapa serdadu.

Rombongan Heemskerck tiba dengan kapal Gelderland (Geldria) yang melego jangkar di lepas pantai Orantatta yang merupakan sebuah kota di Banda Besar. Sehari kemudian atau 16 Maret 1599, armada kapal lain yakni Zeeland menyusul.

"Pintu masuk Belanda berbeda dengan yang diambil Portugis. Belanda mengambil dari belakang Pulau Banda Besar. Orantatta dalam bahasa Banda berarti 'orang datang'. Orang-orang tua di Banda meyakini Belanda mengambil pintu masuk lain yang diambil Portugis," ujar Farid.

Suasana kehidupan warga yang tinggal di kampung Verhoeven dan kampung Pieterszoon Coen di kawasan Kampung Baru, Banda Neira, Maluku, Juli 2022. CNN Indonesia/Safir MakkiGapura Kampung Verhoeven yang ada di Banda Neira, Maluku Tengah. CNN Indonesia/Safir Makki

Genosida Terencana

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER