Vaksin Cacar Monyet Diprioritaskan ke Warga Risiko Tinggi-Kontak Erat
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan alokasi 10 ribu dosis vaksin cacar monyet akan diprioritaskan untuk penyintas, kontak erat pasien, dan warga yang memiliki risiko tinggi terpapar virus tersebut.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu menuturkan pemerintah sudah berkoordinasi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) soal pengadaan vaksin cacar monyet.
"Sesuai dengan WHO vaksin itu hanya untuk yang beresiko tinggi dan kontak erat dengan orang yang positif [cacar monyet], itu saja yang diprioritaskan. Jadi tidak semua masyarakat," kata Maxi Kompleks DPR, Jakarta, Rabu (24/8).
Menurut Maxi, sampai saat ini WHO belum mengeluarkan rekomendasi vaksinasi massal seperti vaksinasi untuk mencegah penularan Covid-19. Namun, ada beberapa negara yang sudah melakukan vaksinasi massal cacar monyet kepada warganya.
Ia pun mengatakan vaksin cacar monyet yang ada di Indonesia harus mendapatkan rekomendasi penggunaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Kita sejak ada diumumkan sebagai public health emergency of international concern (PHEIC), Pak Menteri sudah langsung menginstruksikan Ke Dirjen Farmalkes supaya segera koordinasi dengan WHO," ujarnya.
Adapun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengumumkan kasus cacar monyet pertama di Indonesia pada Sabtu (20/8).
Juru bicara Kemenkes, Mohammad Syahril, mengatakan pasien cacar monyet pertama di Indonesia itu berjenis kelamin laki-laki berusia 27 tahun di DKI Jakarta. Gejala yang dialami pasien yaitu ruam atau cacar di tangan, kaki, dan sekitar alat kelamin.
Maxi menyatakan pasien saat ini dalam kondisi baik. Lesi di bagian wajah sudah mengering.
Ia menuturkan pasien masih menjalani isolasi mandiri dengan pemantauan dinas kesehatan setempat.
"Pasiennya sampai dengan kemarin sore dalam keadaan sehat, lesi di wajah sudah mengering, tinggal yang di tangan dan telapak kaki yang belum mengering," ujar dia.
(khr/tsa)