Menkopolhukam Mahfud MD menyatakan motif di balik aksi peretasan yang dilakukan hacker bernama Bjorka seperti gado-gado, mulai dari kepentingan politik hingga ekonomi.
Berdasarkan hasil penyelidikan, kata Mahfud, Bjorka melakukan sejumlah pembobolan data pemerintah dan pejabat dengan motif yang tak jauh dari motif politik hingga motif jual beli data. Mahfud pun beranggapan motif tersebut relatif tidak terlalu berbahaya.
"Motifnya kan ternyata juga gado-gado. Ada yang motif politik, motif ekonomi, motif jual beli, dan sebagainya," ucap Mahfud dalam konferensi pers di Gedung Polhukam, Rabu (14/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehingga juga ya motif-motif kayak gitu itu sebenarnya tidak ada yang terlalu membahayakan," lanjutnya.
Lihat Juga : |
Selain itu, Mahfud menyatakan gambaran mengenai Bjorka sudah diidentifikasi oleh Badan Intelijen Negara (BIN) dan Polri. Namun, dia enggan mengumumkan siapa sosok di balik Bjorka yang selama ini menjadi perbincangan.
"Kita terus menyelidiki karena sampai sekarang ini memang gambaran pelakunya sudah teridentifikasi dengan baik oleh BIN dan Polri, tetapi belum bisa diumumkan," kata Mahfud.
"Gambaran siapa dan di mananya itu kita sudah punya alat untuk melacak itu semua," lanjutnya.
Bjorka menyerang sejumlah situs pemerintahan dengan menjual data hasil pembobolan sejumlah situs pemerintah di internet.
Salah satu data yang diklaim bobol adalah surat dari BIN ke Presiden Jokowi yang diklaim Bjorka sebagai dokumen-dokumen rahasia.
"Berisi transaksi surat tahun 2019-2021 serta dokumen yang dikirimkan kepada Presiden termasuk kumpulan surat yang dikirim oleh Badan Intelijen Negara yang diberi label rahasia," ucap Bjorka di situs breached.to, Jumat (9/9).
Masalah kemudian membesar ketika data pribadi sejumlah menteri Jokowi dan pejabat lain dibocorkan Bjorka. Pemerintah kemudian merespons dengan menggelar rapat antara Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan sejumlah menteri di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (12/9).
(frl/gil)