KPAD Sebut Pihak SMA Bogor Blunder soal Isu Siswi Dicek terkait Haid
Unggahan yang menyebutkan siswi SMA negeri di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, diminta membuktikan sedang haid dengan membuka celana dalam viral di media sosial.
Sekolah menengah itu kemudian diketahui di SMAN 1 Dramaga, Bogor. Namun, pihak sekolah tersebut membantah soal narasi siswi disuruh membuktikan sedang haid dengan membuka celana. Memang ada tindakan untuk membuktikan sedang haid, tapi disebutkan tak sampai disuruh membuka celana.
Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Bogor pun mendatangi sekolah tersebut untuk mengklarifikasi kabar siswi diminta buktikan sedang haid dengan membuka celana dalam.
Setelah mendapatkan penjelasan, KPAD menilai pihak sekolah cenderung tergesa-gesa dalam menangani permasalahan itu. Menurutnya, sekolah seharusnya tidak langsung melakukan pemeriksaan langsung seperti itu terhadap siswi tersebut.
"Jadi kesimpulan yang kami dapatkan bahwa pihak sekolah melakukan tindakan tersebut secara spontan dan tanpa perencanaan sebelumnya. Sehingga tindakan yang diambil menjadi blunder. Walaupun tujuannya baik, kami tidak membenarkan cara tersebut dalam memastikan apakah siswi tersebut sedang haid atau tidak," kata Komisioner KPAD Kabupaten Bogor, Heni Rustiani, dalam keterangannya, Rabu (21/9).
Heni mengatakan pihaknya telah mendapatkan konfirmasi langsung saat mengunjungi SMA terkait sebelumnya.
"KPAD sudah melakukan kunjungan untuk konfirmasi dan klarifikasi terkait pemberitaan yang beredar di media tentang adanya kasus dugaan pemeriksaan celana dalam siswi yang sedang haid. Mereka [pihak sekolah] mengungkapkan berita yang sudah beredar tersebut tidak sesuai dengan yang terjadi sebenarnya," kata Heni.
Dari keterangan pihak sekolah, kata dia, kejadian itu bermula saat kecurigaan guru muncul karena semakin sedikit siswi yang mengikuti salat Duha dengan dalih sedang haid. Kemudian guru mengumpulkan siswi tersebut di satu ruangan.
Dia mengatakan tidak benar bahwa pemeriksaan dilakukan dengan cara membuka celana dalam siswi. Pemeriksaan dilakukan dengan memegang bagian belakang siswi oleh sesama siswi untuk memastikan ada pembalut yang digunakan atau tidak.
"Guru meminta para siswi tersebut saling memeriksa temannya dengan hanya meraba bagian belakang para siswi itu untuk memastikan ada yang mengganjal berupa pembalut atau tidak. Yang dirasa ada pembalut langsung diminta masuk ke kelas. Dan itu tidak semua siswi, baru beberapa saja karena keburu bel masuk berbunyi," ujar Heni.
"Jadi tidak benar adanya pemeriksaan celana dalam para siswi tersebut. Dan berita yang beredar justru bersumber dari siswa yang bahkan tidak termasuk siswi yang dikumpulkan," imbuhnya.
Sebelumnya, Juru bicara SMA Negeri 1 Dramaga, Baitul Harahap, menegaskan narasi dalam video yang beredar terkait siswi diminta buka celana untuk diperiksa haid itu tak sepenuhnya benar. Ia menerangkan peristiwa itu terjadi pada Jumat (16/9). Saban Jumat, kata dia, SMAN 1 Dramaga menggelar salat Duha berjemaah.
"Anak-anak yang putri tidak ikut salat itu kan di sebelah lapangan dikumpulkan, cuma dipilah-pilah lagi. Gurunya hanya nanya 'benar kamu datang bulan?', 'ya, betul', dia langsung ke kelas gitu. Tapi kita juga nggak tahu yang jujur, karena tidak semua diperiksa," kata dia, Rabu.
"Jadi hanya menanyakan begitu aja, 'kamu datang bulan?'. Terus ada juga anak-anak ditanya ibu gurunya, 'kamu sudah selesai datang bulannya, cuma belum mandi wajib' juga dipisahkan lagi," imbuhnya.
Pemeriksaan pun, kata dia, dilakukan oleh sesama siswi dan tak sampai ada proses membuka pakaian dalam murid.
"Ibu gurunya juga menyampaikan mohon maaf ke... istilahnya orang Sunda dicabak (diraba) sedikit aja, 'oh memang ada pembalut seperti itu.' Jadi di belakang roknya itu kan kalau dicabak ada pembalut, oh benar, sedang datang bulan," kata Baitul Harahap.
Diketahui, proses tersebut pun menuai protes dari salah satu orang tua murid. Namun, Baitul Harahap mengklaim permasalahan sudah selesai dan pihaknya telah menyampaikan permintaan maaf kepada orang tua murid dan siswi tersebut.
"Hari Senin (18/9) sudah klarifikasi kasusnya dan sudah selesai. Disampaikan ke orang tua dan seterusnya. Sebenarnya tidak sama dengan yang sudah viral, tidak sejauh itu. Udah maaf-maafan juga," kata dia.
Baca berita lengkapnya di sini.
(tim/kid)