Tanah longsor terjadi di Kampung Cibitung, Desa Sukamukti, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Akibatnya, seorang warga dilaporkan meninggal dunia akibat kejadian itu.
Bencana itu terjadi pada Kamis (22/9) malam. Korban meninggal dunia bernama Iyom (64), sedangkan suaminya Pardi (70) mengalami luka-luka.
Musibah yang menimpa pasangan suami istri tersebut terjadi setelah rumah mereka tertimpa pohon petai yang roboh akibat longsor yang terjadi. Longsor dipicu curah hujan sangat tinggi yang terjadi di wilayah selatan Garut pada Kamis malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, Iyom meninggal karena tubuhnya tertimpa reruntuhan rumah semi permanen setelah tertimpa pohon petai. Sementara, Pardi mengalami luka-luka akibat tertimpa lemari di dalam rumahnya.
"Nah, ini untuk yang longsor ada rumah satu yang hancur. Kemudian ada satu korban yang meninggal dunia, satu lagi dirawat di rumah sakit," kata Wakil Bupati Garut Helmi Budiman usai meninjau kondisi lokasi bencana yang terjadi di Garut bagian selatan, Jumat (23/9).
Rumah hingga sekolah juga ikut terdampak longsor di Kecamatan Cisompet itu.
"Nah ini sedang dilakukan pembersihan-pembersihan, mudah-mudahan kita berharap dalam dua hari ini sudah dibersihkan sarana-sarana umum (yang terdampak)," ujarnya.
Selain longsor, bencana banjir juga menerjang Kecamatan Pameungpeuk. Helmi menyebut jika banjir kali ini lebih besar dibanding banjir yang terjadi pada 2020.
Meski begitu, ia mengatakan jika saat ini seluruh penghuni rumah yang terdampak sudah diungsikan ke tempat yang lebih aman.
"Ada 40 rumah yang mengungsi, mudah-mudahan ini sekarang kita sedang berusaha semaksimal mungkin agar kita bisa segera bersihkan dan segera dapat ditinggali lagi," ucapnya.
Akibat bencana yang terjadi di Garut bagian selatan ini, Helmi mengatakan, banyak sarana umum yang terdampak dan mengalami kerusakan, contohnya jembatan hingga jalan yang putus.
"Jalan yang putus di Cihurip dan Singajaya itu vital, karena itu menghubungkan antara dua kecamatan, yang itu besar jalannya di Cihurip. Kemudian juga yang di Cisompet ada yang putus yang Haurkoneng. Jadi jembatan yang putus itu kemudian jembatan yang putus ini banyak, jembatan lagi didata dulu," tuturnya.
Helmi menyampaikan jika pihaknya akan menetapkan masa tanggap darurat selama tujuh hari yang dimulai sejak Jumat.
"Jadi, kita tetapkan mudah-mudahan tujuh hari selesa. Kita tetapkan dulu karena kan supaya gerak kita bisa leluasa," katanya.
(hyg/arh)