Di Festival Kolaborasi Jakarta, Anies Paparkan Kemajuan Ibu Kota
Sebagai Ibu Kota Indonesia, Kota Jakarta merupakan representasi negara di mata dunia. Oleh karena itu, diperlukan dari semua pihak, mulai dari pemerintah provinsi DKI Jakarta, sektor swasta, hingga masyarakat umum, untuk membangun Jakarta menjadi kota yang modern dan membuat warganya bahagia.
Gurbenur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyebutkan bahwa Jakarta adalah kota paling lengkap yang ada di Indonesia. Semua ada di Jakarta, tetapi pembangunan selama ini tersentralisasi di Pemprov DKI Jakarta.
"Kenapa masyarakat tidak dilibatkan, bukankah ini kota kita bersama. Kota Jakarta ini bukan milik Pemprov DKI Jakarta semata, jadi pembangunannya harus melibatkan semuanya," ujarnya dalam dialog di Festival Kolaborasi Jakarta: Jelajah Ruang Waktu Jakarta, yang disiarkan secara langsung oleh CNN Indonesia, Minggu (2/10).
Lebih lanjut, Anies bercerita, dulu pemerintah jadi satu-satunya penyelenggara, warganya dianggap sebagai pelanggan semata. Namun perlahan tapi pasti, budaya ini mulai diubah, Pemprov DKI Jakarta sebagai kolaborator, masyarakat sebagai co-creator.
Salah satu bentuk kolaborasi yang berasal dari ide yang masuk ke Pemprov DKI Jakarta adalah perubahan taman kota dari 'garden' menjadi 'park'. Sehingga, taman saat ini menjadi ruang terbuka yang dapat digunakan sebagai tempat bermain bagi semua warga Jakarta.
"Jadi dulu kalau di taman ada tulisan dilarang menginjak rumput itu kita cabut semua. Sekarang silahkan menginjak rumput, rumput itu tempat bermain bukan buat ditonton," ucap Anies.
Menurutnya, hal ini juga meningkatkan rasa kesetaraan untuk seluruh warga Jakarta. Dengan terus menambah sarana berkumpul bagi warga, maka perbedaan dapat melebur dalam satu tempat.
Alasan itu juga yang membuat Pemprov DKI Jakarta secara berkesinambungan terus menambah fasilitas pedestrian. Karena, menurut Anies, begitu sampai di pedestrian, maka tidak bisa dibedakan mana pejabat dan mana rakyat biasa, yang kaya dan miskin berbaur menjadi satu.
Perluas Jangkauan Transportasi Umum
Satu hal yang menjadi perhatian khusus Pemprov DKI dalam lima tahun ke belakang adalah fasilitas angkutan umum yang kini semakin lengkap. Anies menyebutkan, pada saat dirinya menjabat jangkauan transportasi umum di seluruh wilayah Jakarta baru mencapai 42 persen saja.
Lima tahun berselang, jangkauan transportasi umum untuk warga saat ini sudah mencapai 85 persen. Alhasil, kini masyarakat dapat menggunakan transportasi tanpa biaya yang tinggi dan ada kepastian, baik itu kepastian waktu yang ditempuh maupun harga yang terjangkau.
"Warga Jakarta biaya transportasinya bisa sampai 30 persen dari total pengeluaran mereka. Oleh karena itu, pemerintah yang dulu hanya menyiapkan jalan, kini juga menyiapkan kendaraanya. Tujuannya mobilitas, persatuan dan kesetaraan dan pengeluaran keluarga yang lebih hemat," imbuh dia.
Tak hanya meningkatkan jangkauannya saja, pengembangan transportasi juga dilakukan melalui satu kata kunci, yakni integrasi. Karena dengan adanya integrasi transportasi, maka masyarakat akan lebih tertarik bepergian dengan transportasi umum yang mudah, sehingga mau meninggalkan kendaraan pribadi mereka di rumah.
Untuk mencapai hal tersebut, kembali Pemprov DKI Jakarta berkolaborasi dengan berbagai pihak. Mulai dari KAI sebagai operator kereta, organisasi angkutan darat untuk membangun sistem JakLingko, hingga membangun titik penyewaan sepeda untuk mempermudah warga Jakarta dalam beraktivitas.
"Kita juga membangun 100 km jalur sepeda. Sehingga kita bisa mengubah citra sepeda yang sebelumnya dipandang sebagai alat olahraga menjadi alat transportasi. Hasilnya, pengguna sepeda sebagai alat transportasi sekarang telah meningkat 10 kali lipat," papar Anies dengan bangga.
Sebelumnya, dari data Pemprov DKI Jakarta, pengguna transportasi umum di Jakarta hanya 360 ribu orang per hari. Jumlah ini berubah drastis pada 2020 menjadi satu juta orang per hari.
Anies pun optimistis, angka ini akan terus bertambah hingga mencapai empat juga orang per hari sebelum 2030. Perkiraan ini jauh lebih cepat dari target Pemprov DKI mempertimbangkan jalinan kolaborasi yang sudah berjalan selama ini.
Dengan transportasi umum yang semakin lengkap dan mudah, kini warga Jakarta mulai banyak yang berpindah. Hal ini terlihat dari hasil survei Tomtom Traffic Index, di mana peringkat Jakarta sebagai kota termacet di dunia semakin menurun.
Pada 2017 Jakarta masih berada di peringkat 3 kota dengan tingkat kemacetan tertinggi dunia. Peringkat tersebut mulai menurun pada 2018 menjadi peringkat 7, dan berlanjut di 2019 menjadi peringkat ke 10.
"Dan pada 2020 Jakarta terjun ke peringkat 31, hingga pada 2021 kemarin berada pada peringkat ke-46," sebutnya.
(inh)