Adi menganggap Anies ingin menyampaikan pesan tersirat bahwa dirinya siap menghadapi PDIP yang merupakan trah Sukarnois yang dulu dirongrong oleh Aktivis 66.
"Anies secara tidak langsung ingin menunjukkan bahwa dia keturunan Aktivis 66 yang dulu keras terhadap Sukarno. Seolah ingin menunjukkan di 2024 siap berhadapan atau berkompetisi secara terbuka dengan trah Sukarnois," kata Adi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (6/10).
Ada beberapa variabel yang Adi soroti antara lain, (1) pemilihan waktu relokasi Tugu 66, (2) pendeklarasian Anies sebagai capres oleh NasDem serta (3) potensi melawan capres dari PDIP di Pilpres 2024.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adi menyinggung soal langkah Anies dalam memilih waktu karena baru sekarang melakukan relokasi. Menurutnya, jika Anies memang peduli dengan visual Tugu 66, seharusnya sudah direlokasi sejak LRT masih dalam tahap desain atau mulai dibangun.
Namun, Anies memilih untuk merelokasi jelang Pilpres 2024 dan setelah dirinya dideklarasikan sebagai calon presiden oleh Partai NasDem. Menurut Adi, mau tak mau, wajar jika ada yang menafsirkan gelagat Anies itu bermuatan pesan politik.
"Yang menarik itu kenapa baru sekarang? Kenapa enggak dari dulu? Karena baru sekarang ada momen politik," kata Adi.
![]() |
Selain itu, Anies pun mengundang aktivis senior dalam acara relokasi. Anies juga menyebut dirinya keturunan dari Aktivis 66.
Menurut Adi, Anies berupaya membangun kembali ingatan sejarah masyarakat tentang pergerakan massa menentang Rezim Sukarno pada 1966.
Seolah ingin mengingatkan kembali bahwa sejarah Indonesia, terutama mengenai pembangunan politik dan demokrasi, tidak hanya milik Sukarno. Sebaliknya, justru ada masa ketika mahasiswa dan aktivis menentang Sukarno dan berperan dalam kedewasaan politik demokrasi di Indonesia.
"Konteksnya ingin membangkitkan memori masa lalu bahwa Anies juga darah pejuang. Terutama yang berseberangan dengan Sukarno," kata Adi.
Menafsirkan gelagat Anies tak bisa dilepaskan dari konteks Pilpres 2024 dan hubungannya dengan PDIP. Sejauh ini, PDIP kerap mengkritik kinerja Anies selama menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Tidak menutup kemungkinan Anies pun bakal berhadapan dengan tokoh yang dilahirkan dari PDIP selaku partai trah Sukarnois di Pilpres 2024.
Adi melihat sikap Anies dalam merelokasi Tugu 66 mengandung pesan bahwa dirinya siap berkontetasi dengan tokoh dari PDIP yang merupakan partai trah Sukarnois.
"Perlu diingat bahwa Anies bukan lagi dosen, bukan lagi gubernur. Dia adalah kandidat calon presiden. Makhluk politik yang ucapan dan tindakannya mengandung makna tertentu," kata Adi.
(bmw)