Duka SMK 2 Malang, Tiga Siswa Jadi Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan

CNN Indonesia
Kamis, 06 Okt 2022 15:45 WIB
Enam siswa SMKN 2 Malang menjadi korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10) lalu. Tiga di antaranya tewas. Sisanya mengalami luka berat.
Sebuah spanduk hitam terpasang di depan gerbang SMK Negeri 2 Malang, Jawa Timur. Pesan dalam spanduk itu tertulis
Malang, CNN Indonesia --

Sebuah spanduk hitam terpasang di depan gerbang SMK Negeri 2 Malang, Jawa Timur. Pesan dalam spanduk itu tertulis "Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan".

Enam siswa SMKN 2 Malang menjadi korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10) lalu. Tiga di antaranya tewas. Sisanya mengalami luka berat.

Tiga siswa yang meninggal dunia antara lain Moch Tegar Ardian dan Clarita Discha Nophia, siswa kelas XII, serta Hildan Agit Agista, s kelas X.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka ini adalah anak-anak baik semuanya yang ketiganya bukan tipikal anak yang bolosan, semuanya baik," kata Kepala Sekolah SMKN 2 Malang Hari Mulyono kepada CNNIndonesia.com, Kamis (6/10).

Hari mempercayai para anak didiknya ini adalah korban tragedi Kanjuruhan. Ia pasang badan jika ada pihak yang mengatakan para muridnya itu adalah biang onar atau perusuh saat kejadian.

Menurutnya, beberapa muridnya yang meninggal dalam tragedi itu ada yang baru pertama kali menonton pertandingan Arema di Kanjuruhan.

"Saya akan melawan kalau ada bahasa bahwa anak-anak yang itu adalah anak-anak perusuh," ujarnya.

Ia masih tak percaya para muridnya itu tewas. Salah satu siswanya, Hildan gemar mengaji ketika di sekolah. Belum lagi Tegar dan Clarita, sosok siswa baik yang sebenarnya akan segera lulus.

"Mereka anak-anak baik di lingkungan sekolah, juga enggak aneh-aneh. Hildan pinter ngaji. Kalau Tegar dan Clarita ini kami merasa gelo (menyesali) karena sudah mau lulus," ucapnya.

Hari menyebut sekolah pun menggelar salat gaib dan doa bersama untuk mengenang kepergian Tegar, Clarita dan Hildan. Mereka juga menggalang santunan dari seluruh keluarga besar SMKN 2.

"Kami langsung laksanakan salat gaib di lapangan, doa bersama dengan kawan-kawannya. Kawan-kawannya pasti merasa kehilangan," ucapnya.

Hari pun berharap agar tragedi Kanjuruhan diusut hingga tuntas. Ia tak mau kejadian ini berulang dan anak-anak kembali menjadi korban.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mencatat ada 39 anak menjadi korban tragedi Kanjuruhan. Mereka berusia 17 tahun ke bawah.

"Kami berharap ini diselesaikan tuntas, jangan sampai kemudian ada sekian anak dari Kota Malang ini yang jadi korban, khususnya yang pelajar ini meninggal sia sia," katanya.

"Kalau memang ini menjadi sesuatu yang harus diselesaikan secara hukum, ya kami berharap betul kepada pemerintah untuk menyelesaikan secara hukum," tambahnya.



Setelah kejadian ini, Hari pun mengingatkan kepada seluruh anak didiknya, bahwa sepak bola pada hakikatnya adalah hiburan dan tempat mencari prestasi.

Ia selalu mendukung jika ada siswanya yang ingin mengekspresikan diri melalui kegiatan sepak bola atau pun olah raga lainnya.

Sekolah, kata Hari, tak mungkin melarang atau membatasi kesenangan siswanya pada sepak bola. Tapi siswa dibimbing untuk belajar mengendalikan diri termasuk emosi.

"Saya enggak akan mematikan kesenangan untuk bermain bola, menonton bola, karena itu bagian dari kehidupan kita. Cuma yang kita bisa adalah mengendalikan emosional," ujarnya.

Humas SMKN 2 Malang Evi Khaeriah mengatakan pihaknya saat ini terus memantau tiga siswanya yang mengalami luka berat akibat Tragedi Kanjuruhan.

Dua di antaranya masih dirawat di RSUD dr Saiful Anwar dan RSUD Kanjuruhan karena patah tulang. Sementara satu sisanya harus rawat jalan karena mengalami patah tulang rusuk dan lutut.

"Kami juga bekerjasama dengan psikolog dari Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Kota Malang untuk melakukan trauma healing. Mereka akan menjalani asesmen san intervensi," katanya.

(frd/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER