Komnas HAM Telaah Kepanikan yang Terjadi Saat Tragedi Kanjuruhan

CNN Indonesia
Jumat, 07 Okt 2022 04:47 WIB
Wakil Ketua Komnas HAM mengatakan salah satu yang bakal dicek pihaknya adalah mengapa terjadi kepanikan di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10) malam.
Kantor Komnas HAM di Jakarta Pusat. (CNNIndonesia/Safir Makki)
Yogyakarta, CNN Indonesia --

Komnas HAM mengakui pihaknya melihat ada indikasi pelanggaran HAM dalam Tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) lalu.

Wakil Ketua Komnas HAM Munafrizal Manan mengatakan dugaan pelanggaran HAM itu terindikasi dari nyawa korban yang melayang hingga lebih dari 100 jiwa.

"Ada indikasi ke arah pelanggaran hak asasi manusia dengan jumlah korban meninggal sebanyak itu, dalam kondisi yang katakanlah itu bisa disebut panik ya," kata Munafrizal di Pengadilan Negeri Yogyakarta, Kamis (6/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Munafrizal, situasi kepanikan di berbagai penjuru stadion perlu ditelaah lebih dalam kaitannya dengan jatuhnya para korban.

"Sekian banyak korban itu sudah jelas kan, tidak boleh dibiarkan mati. Kalau misalnya sekian banyak menjadi korban begitu kan ada perlu dipastikan apakah ada kesengajaan atau pembiaran," paparnya.

Munafrizal menerangkan pemakaian gas air mata oleh aparat yang banyak disebut memicu kepanikan tentu menjadi salah satu elemen yang tak bisa dikesampingkan dan perlu digali lebih dalam.

Munafrizal menekankan saat ini Komnas HAM masih melangsungkan investigasi sejak mengerahkan timnya langsung ke Malang, Jawa Timur sejak beberapa hari lalu. Meski tak ada durasi waktu kerja, namun pihaknya tetap berupaya secepat mungkin mencapai konklusi.

"Tentu saja karena ini menyangkut sesuatu yang memprihatinkan, Komnas HAM bekerja secepatnya. Kita nggak mematok waktu, karena kan ini berkaitan dengan pengungkapan fakta yang harus akurat. Harus dicek kroscek, nanti akan dipaparkan kesimpulan akhir. Sekarang baru temuan sementara," kata dia.

Sebagai informasi, per Rabu (5/10), korban tewas dalam Tragedi Kanjuruhan dilaporkan polisi yang telah teridentifikasi mencapai 131 orang. Mereka mayoritas adalah suporter Arema FC atau Aremania, serta dua polisi yang juga terjebak di antara penonton yang sesak napas setelah laga menjamu Persebaya, Sabtu (1/10) malam.

Peristiwa itu bermula saat pertandingan telah usai, sejumlah suporter Arema turun ke lapangan. Aparat lalu mencoba membubarkan suporter itu, hingga suatu waktu lontaran gas air mata juga ditembakkan. Bukan hanya ke arah Aremania di lapangan, berdasarkan kesaksian dan juga video-video viral, gas air mata itu juga ditembakkan ke tribun penonton.

Akibatnya, para penonton di tribun pun berdesak-desakkan untuk mencoba keluar dari pintu yang terbatas.

Sejauh ini, polisi telah memeriksa 35 orang saksi dalam proses pengusutan tragedi tersebut. Kasus ini, telah naik ke tahap penyidikan, tetapi belum ada tersangka yang ditetapkan.

Selain itu, sebanyak 31 personel Polri juga tengah diperiksa terkait dugaan pelanggaran kode etik dalam proses pengamanan laga Arema FC vs Persebaya tersebut.

(kum/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER