KPU-Bawaslu Buka Suara soal Gaduh Akibat Kunjungan Kerja ke Amerika
Komisi Pemilihan Umum (KPU) buka suara terkait kunjungan kerja yang dilakukan ke Amerika Serikat selama 2-10 Oktober. Pada saat bersamaan, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) juga melakukan kunjungan kerja ke Brasil pada 27 September-5 Oktober.
Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengungkapkan kunjungan kerja ini bertujuan untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan lembaga.
Sementara itu, anggota Bawaslu Lolly Suhenty menyebut pihaknya diundang untuk terlibat pemantauan langsung di Pemilu Brasil pada 2 Oktober lalu.
Hasyim memaparkan rencana kunjungan kerja ini dilakukan dalam bentuk kursus singkat terkait tata kelola pemilu. Selain itu, ia mengaku agenda ke Amerika itu telah dirancang sejak lama.
"Program ini sudah dirancang lama, bahkan oleh KPU periode 2017-2022. Kursus dan diklat itu penting untuk peningkatan kapasitas SDM dan ujungnya peningkatan kapasitas lembaga KPU," ujar Hasyim saat dihubungi, Selasa (11/10).
Menurutnya, tidak benar bahwa KPU menghamburkan anggaran. Pasalnya, rencana ini sudah disusun dan dialokasikan sejak awal. Selain melakukan kursus singkat, Hasyim juga mengatakan dirinya menjadi pembicara terkait dua topik utama yaitu Pemilu sebagai musyawarah besar rakyat Indonesia dan sebagai sarana integrasi bangsa.
"Pemilu Indonesia dikenal sebagai the most complicated election in the world, dapat menjadi lesson learned dan best practices tata kelola pemilu di dunia," ujar Hasyim.
Berdasar letter of support dari Northern Illinois University (NIU) kepada KPU, tercantum 20 nama yang turut berangkat ke Amerika Serikat, termasuk empat di antaranya adalah komisioner.
Hasyim beralasan keberangkatan timnya ke NIU adalah banyaknya ahli pemilu Indonesia belajar di universitas tersebut seperti Ramlan Surbakti, Afan Gaffar (alm), Riswandha Imawan (alm), Nico Harjanto, Philip Vermonte, Andi Malarangeng, dan Anies Baswedan.
"Jadi kegiatan ini dalam rangka untuk belajar dan berlatih tata kelola pemilu, dan sekaligus mempromosikan demokrasi elektoral Indonesia ke kancah global," tegasnya.
Terpisah, Sekjen Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Kaka Suminta mengkritik kunjungan kerja KPU ini tidak memberikan dampak signifikan terhadap tahapan dan kepentingan Pemilu.
"Saya pikir kita pilih anggota KPU dan Bawaslu karena kita anggap layak dan cakap. Bukan orang yang mau belajar pemilu. Tinggal menjalankan amanat UU secara sungguh-sungguh," ujar Kaka saat dihubungi.
Ia juga menegaskan mestinya KPU fokus berkomunikasi dengan pemangku kepentingan di dalam negeri alih-alih bepergian ke luar negeri. Kaka menilai penyelenggara Pemilu mestinya menghindari kunjungan kerja ke luar negeri kecuali berkaitan dengan tahapan Pemilu.
"Di sisi lain dari sisi anggaran ini perlu mendapat sorotan. Saya belum tahu anggaran mana yang dipakai untuk perjalanan ke luar negeri, yang pasti ini ada kontradiksi. Di satu sisi KPU dan Bawaslu berteriak kurangnya anggaran. Di sisi lain mereka menghambur-hamburkan uang," ujar Kaka.
(cfd/kid)