Menkes Respons soal Pasien Ginjal Yogyakarta Meninggal Tak Minum Obat
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku belum dapat berkomentar banyak soal pasien di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menderita ginjal akut misterius meski tak pernah mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya.
Budi menjelaskan pihaknya masih melakukan penelitian kepada surveilans. Hal itu dilakukan guna memastikan pasien yang menderita penyakit ginjal akut misterius tersebut memang benar tak mengonsumsi obat-obatan atau sekadar lupa telah mengonsumsi obat-obatan.
"Kita sedang pastikan tim kita saat surveilans apakah disusulkan segmen pasiennya bisa saja dia minum tapi tidak ingat. Saya belum berani komen secara spesifik," ujar Budi dalam konferensi pers, Senin (24/10).
Sebanyak 206 dari 245 pasien, kata Budi, telah diperiksa. Sebagian dari mereka ada yang dapat menyebutkan nama obat sekaligus menunjukkan botol obatnya.
Di sisi lain, ada pula yang tidak mengetahui obat-obatan yang dimaksud.
Diberitakan, RSUP Dr Sardjito mengungkap salah satu pasien anak meninggal dunia terkait kasus ginjal akut misterius sama sekali tidak mengonsumsi obat-obatan apapun sebelumnya.
"Tidak mengonsumsi obat-obatan apapun. Baru dapat ASI dan MPASI, pun tidak kemasan," kata Dokter Spesialis Anak RSUP Dr Sardjito Kristia Hermawan, Rabu (19/10).
Pasien itu, jelas Kristia, berusia tujuh bulan dan berasal dari Kabupaten Bantul, DIY.
Ia menjelaskan pasien itu mengalami masalah pernafasan dan hati di samping gagal ginjal ketika dibawa ke RSUP Dr Sardjito.
Menurut Kristia, telah terjadi peningkatan enzim pada liver anak tersebut.
Kemenkes melaporkan hingga Minggu (23/10), jumlah pasien dengan gangguan ginjal akut progresif atipikal di Indonesia mencapai 245 orang. Mayoritas pasien merupakan usia anak dengan pasien paling banyak bayi di bawah lima tahun (balita).
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan dari ratusan kasus yang diidentifikasi, 141 di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Dengan demikian, fatality rate atau tingkat kematian kasus ini mencapai 57,5 persen.
"Data per 23 Oktober, 245 kasus. 141 pasien di antaranya meninggal dunia," jelas Syahril saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (24/10).
Ia menyebut data yang diterima Kemenkes merupakan kolektif atau total kumulatif data pasien yang dilaporkan dari 26 provinsi Indonesia. Syahril belum membeberkan rincian data dan sebaran kasus terbaru.