Menkes Jawab Komunikasi Buruk dengan BPOM: Saya Sih Ngerasa Baik Saja

CNN Indonesia
Rabu, 02 Nov 2022 18:34 WIB
Kemenkes masih yakin pemicu kasus ginjal akut diduga disebabkan oleh cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) dalam obat sirop.
Menkes Budi Gunadi Sadikin. (CNN Indonesia/Khaira Ummah Junaedi Putri)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membantah isu ego sektoral hingga pola komunikasi buruk antara Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait temuan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) di Indonesia.

Hal itu disampaikan Budi dalam agenda Rapat Kerja Komisi IX DPR RI bersama Menteri Kesehatan, BPOM, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, serta IPMG pada Rabu (2/11). Sebelumnya anggota Komisi IX DPR RI Irma Suryani Chaniagos menyoroti buruknya komunikasi Kemenkes dan BPOM

"Informasi komunikasi kita dengan BPOM [buruk], ya coba diperbaiki. Kalau saya sih sama bu Penny karena teman seangkatan ngerasa sih kita baik-baik saja. Mungkin tidak tahu kalau teman-teman lihat di luar atau wartawan kemudian melihat itu tidak baik," kata Budi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi kemudian menjelaskan awalnya Kemenkes menduga temuan kasus GGAPA berkaitan dengan bakteri atau patologi, sehingga ia hanya melibatkan epidemiolog dan juga Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) lantaran pasien GGAPA seluruhnya di bawah usia 18 tahun.

Namun kemudian, berdasarkan keterangan Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 5 Oktober dan berkaca pada kasus serupa di Gambia, Kemenkes mencurigai GGAPA dipicu oleh intoksikasi kandungan obat. Dari informasi ini Kemenkes baru memulai koordinasi dengan BPOM.

"Komunikasi kita yang resmi itu list-nya, list [obat] BPOM. Hanya saja surat pertama saja yang kita keluarkan karena sifatnya mendadak, karena PICU RSCM penuh. Makanya kita ambil keputusan dulu, maka yang kita larang tupoksinya Kemenkes, yaitu bisa mengurus rumah sakit dan apotek [terkait pelarangan sementara obat sirop]," jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Budi sekaligus memastikan posisi Kemenkes saat ini sudah jelas, yakni menduga pemicu kasus ini disebabkan oleh cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) dalam obat sirop yang beredar di Indonesia.

"Buat Kemenkes posisi kami clear, bahwa faktor risiko terbesar yang menyebabkan kasus GGAPA adalah karena keracunan EG dan DEG," ujar Budi.

Anggota Komisi IX DPR RI Irma Suryani Chaniago sebelumnya menyentil Kemenkes dan BPOM terkait buruknya pola komunikasi yang berjalan antara kementerian dan lembaga tersebut.

Politikus Partai Nasional Demokrat (NasDem) itu menilai buntut tak 'akur' mereka, banyak masyarakat yang mulai kebingungan terkait informasi temuan kasus GGAPA di Indonesia.

Irma mencontohkan, Kemenkes beberapa waktu terakhir seolah menyimpulkan bahwa cemaran senyawa kimia yang ditemukan dalam sejumlah obat sirop menjadi penyebab penyakit yang mayoritas menyasar anak balita ini.

Sementara BPOM mengatakan berdasarkan hasil uji cemaran EG dalam obat belum dapat mendukung kesimpulan bahwa penggunaan obat sirop tersebut memiliki keterkaitan dengan kejadian GGAPA di Indonesia.

Lantaran selain penggunaan obat, masih ada beberapa faktor risiko penyakit ini, seperti infeksi virus, bakteri Leptospira, dan multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem pasca Covid-19.

(khr/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER