KNKT soal Kecelakaan Sriwijaya Air: Pilot Tak Sadari Perubahan Pesawat
Hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terkait kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 pada 2021 lalu menyebut bahwa pilot tak menyadari perubahan secara mendadak pada pesawat.
Hasil investigasi itu diungkapkan KNKT dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR, Kamis (3/11).
Menurut Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo, perubahan itu seperti arah pesawat dari semula berbelok ke kanan, lalu mendatar, tetapi mendadak berbelok ke kiri.
"Kemudian belok ke kiri yang tergambar di electronic altitude direction indicator (EADI). Perubahan-perubahan ini tidak disadari dari pilotnya," kata Nurcahyo dalam paparannya.
Menurut Nurcahyo perubahan tersebut akibat perbedaan daya dorong antara dua sayap pesawat. Dia menyebut daya dorong pada sayap kanan lebih kuat dari sayap pesawat bagian kiri.
Nurcahyo menyebut pembelokan secara mendadak itu terjadi saat pesawat mulai berada di ketinggian 11 ribu kaki.
"Dari sini diketahui bahwa gaya yang membelokkan pesawat ke kanan dari flight spoiler dan aileron, lebih kecil dari gaya yang membelokkan ke kiri akibat tenaga mesin. Inilah yang membuat akhirnya pesawat berbelok ke kiri," katanya.
Selain perubahan pada arah pesawat, perubahan juga terjadi pada cockpit, seperti posisi thrust lever, hingga indikator mesin akibat tenaga mesin berkurang.
Sementara itu, KNKT mengaku tidak mengetahui kendali pilot saat sejumlah perubahan itu terjadi. Sebab, cockpit voice recorder (CVR) tak merekam suara kapten pilot.
Dia menduga pilot saat ini tak mengenakan headset. Berbeda dengan suara co-pilot yang masih terdengar.
"Ada dugaan bahwa kaptennya tidak menggunakan headset. Kemudian ada microphone dalam cockpit yang kami harapkan bisa merekam suara apapun di dalam kokpit," kata Nurcahyo.
"Namun, ternyata pada channel yang ini, tertutup oleh suara noise atau suara bising pada 400 hertz," tambahnya.
Kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak menewaskan total 62 orang yang terdiri dari 56 penumpang dan enam awak pesawat.
Insiden itu terjadi pada 9 Januari 2021 di perairan antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta.
(thr/tsa)