Lebih dari sepekan, kasus kematian empat orang yang merupakan satu keluarga di sebuah rumah di Kalideres, Jakarta Barat belum juga terungkap.
Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya bersama sejumlah ahli terus melakukan penyelidikan, guna mengungkap penyebab dan motif kematian satu keluarga itu.
CNNIndonesia.com telah merangkum deret kejanggalan maupun fakta terbaru terkait kasus kematian satu keluarga ini, sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu korban yang diduga bernama Reni Margaretha sudah meninggal dunia sejak Mei silam. Ini terungkap setelah polisi menemukan riwayat percakapan di salah satu handphone korban.
Dalam komunikasi itu, korban tewas lainnya atas nama Budyanto ternyata kerap berkomunikasi dengan seorang mediator jual beli rumah.
Namun, proses jual beli itu disebut polisi tak lazim. Sebab, Budyanto langsung menyerahkan sertifikat asli rumah kepada mediator.
Kendati demikian, tak kunjung ada pihak yang ingin membeli rumah tersebut. Singkat cerita, mediator itu bertemu dengan seorang pegawai koperasi simpan pinjam dan disepakati untuk menggadaikan rumah tersebut.
Pada 13 Mei, mediator, pegawai koperasi dan beberapa orang lain datang ke rumah korban. Saat pintu gerbang dibuka, mereka langsung mencium bau busuk dari rumah tersebut.
Lihat Juga : |
"Saat ditanya, Budyanto menjawab bahwa got lupa dibersihkan," kata Direktur Reskrikum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi di Polda Metro Jaya, Senin (21/11).
Mereka kemudian masuk ke dalam rumah untuk bertemu dengan Margaretha. Sebab, sertifikat rumah itu atas nama Margaretha.
Setelahnya, mereka dibawa ke sebuah kamar lantaran Margaretha disebut sedang tidur. Mereka juga diminta untuk tak menyalakan lampu kamar, dalihnya Margaretha sensitif terhadap cahaya.
Namun, tanpa sepengetahuan sang anak yakni Dian, pegawai koperasi ini menghidupkan lampu flash handphone. Di saat itulah, saksi tahu bahwa Margaretha sudah meninggal dunia.
Kita bisa menarik kesimpulan bahwa ada yang meninggal sejak bulan Mei diduga ini adalah atas nama Reni," ucap Hengki.
Saksi yang merupakan seorang pegawai koperasi simpan pinjam itu disebut langsung meneriakan takbir usai melihat ada jasad di dalam kamar.
Diketahui, saksi diwanti-wanti untuk tak menyalakan lampu karena Margaretha disebut sensitif terhadap cahaya. Permintaan itu dituruti oleh saksi. Namun, saksi menaruh curiga dan kemudian menyalakan lampu flash di handphone miliknya.
Saat lampu flash menyala, saksi baru tersadar bahwa Margaretha ternyata telah meninggal dan ia langsung berteriak takbir.
"Pada saat dibangunkan untuk cek sertifikat ini, dipegang-pegang ini agak gembur, agak curiga tanpa sepengetahuan Dian (anak Margaretha) pegawai koperasi simpan pinjam itu menghidupkan flash handphone-nya, begitu dilihat langsung yang bersangkutan teriak takbir 'Allahu Akbar ini sudah mayat'," tutur Hengki.
Budyanto, salah korban yang masih hidup pada bulan Mei sempat meminta saksi untuk tak melapor ke pihak berwajib usai melihat jasad Margaretha.
Diketahui, tujuan saksi datang ke kediaman korban berkaitan dengan penggadaian sertifikat rumah. Namun, ketika mengetahui bahwa Margaretha sudah tak bernyawa, saksi langsung pergi keluar rumah.
"Langsung keluar yang bersangkutan tidak ingin lagi melanjutkan proses gadai pinjam uang ini, langsung mengajak dua saksi lain segera keluar," ucap Hengki.
Saat saksi keluar rumah, Budyanto langsung mengejarnya. Budyanto lantas meminta saksi untuk tak melaporkan apa yang sudah dilihat di dalam rumah tersebut.
"(Budyanto menyampaikan) tolong jangan sampai dilaporkan ke polisi, jangan sampai dilaporkan ke pihak RT ataupun warga sini tolong, dan ternyata memang tidak dilaporkan," tutur Hengki.