Puluhan korban gempa di Kampung Warungbatu, Desa Mekarsari, Kecamatan Cianjur terpaksa mengungsi di kandang ternak.
Iwan Yusniawan (36) yang merupakan pemilik kandang mengaku harus berbagi tempat dengan hewan ternaknya pasca gempa dengan magnitudo 5,6 SR mengguncang rumahnya pada Senin (21/11) lalu.
Iwan bercerita terbatasnya posko pengungsian dan tanah lapang yang dapat dijadikan tempat berlindung sementara membuatnya terpaksa berlindung di kandang ternak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia bersama sekitar 50 pengungsi lainnya terlihat saling berbagi mengisi setiap sudut kandang kambing. Terpal dan tikar menjadi alat utama penahan dinginnya lantai saat melawati malam.
Nyaman tentu bukan kata yang tepat untuk menggambarkan suasana pengungsian yang Iwan tempati.
Aroma khas hewan ternak terasa menyengat hidung, bahkan dari jarak beberapa meter sebelum masuk pengungsian.
Sebab tempat tersebut memang benar-benar difungsikan untuk merawat ternak seperti kambing, sapi, ayam, dan burung.
Hal itu juga diakui oleh Iwan dan para pengungsi lainnya. Hanya saja di tengah kondisi darurat seperti saat ini, bagi mereka tempat yang aman jauh lebih penting ketimbang kenyamanan sementara.
"Ya mau gimana, kondisi darurat. Rumah rusak, kalaupun ada yang masih bisa dihuni khawatir dan trauma karena masih ada gempa susulan," ujarnya saat ditemui, Sabtu (26/11).
Selain problem bau, Iwan mengatakan ketersediaan fasilitas sanitasi yang bersih juga menjadi masalah utama bagi para pengungsi di sana.
Ia bercerita untuk kebutuhan makan dan minum, pihaknya masih bisa menggunakan air sumur yang sedianya digunakan untuk membersihkan ternak kambing dan sapi.
Akan tetapi untuk kegiatan mandi dan buang air para pengungsi harus melawan takut kembali masuk ke rumah yang sudah rusak.
"Atau kalau enggak ya numpang ke tetangga yang rumahnya enggak terdampak gempa," ujarnya getir.
Iwan bersyukur saat ini bantuan-bantuan logistik sudah mulai berdatangan ketimbang hari-hari sebelumnya.
Meski begitu ia tetap merasa khawatir akan kesehatan para pengungsi. Terlebih ada sejumlah anak dan balita yang ikut mengungsi di sana.
"Saat ini masih belum ada dampak untuk kesehatan. Cuman takutnya anak-anak yang sakit kalau terus-terusan tinggal di sini," pungkasnya.
(tfq/dzu)