Kisah Relawan Bantu Pulihkan Trauma Anak Korban Gempa Cianjur
Gempa Cianjur yang telah merenggut 321 korban jiwa menyisakan duka mendalam bagi seluruh warga, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak.
Kondisi itulah yang membuat Devi Eriska bersama rombongannya tergerak untuk memberikan pemulihan terhadap para korban gempa Cianjur, khususnya anak-anak.
Sehari selang peristiwa bencana, Devi memutuskan membantu para korban yang mengungsi di Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Cianjur.
Alasannya selain menjadi lokasi yang paling terdampak, Devi sudah lebih dulu mengenal medan tersebut karena memiliki kerabat di sana.
"Jadinya langsung mikir untuk datang ke posko ini setelah tahu daerahnya juga terdampak gempa," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Minggu (28/11).
Devi mengakui rombongannya tidak memiliki bekal ataupun latar belakang ilmu psikologi yang mumpuni untuk membantu pemulihan mental korban gempa.
Berbekal niatan ingin ikut membantu, ia bersama rombongan terlebih dahulu mencari tahu kebutuhan hingga hal-hal yang harus dilakukan untuk membantu trauma healing ketika masih berada di Jakarta.
Sebelum menuju lokasi pengungsian, Devi menyiapkan segala perbekalan yang dibutuhkan. Mulai dari kertas gambar, krayon, mainan, hingga hadiah untuk anak-anak korban gempa.
Semua itu, kata dia, merupakan hasil dari urunan relawan maupun para donatur yang ingin menitipkan bantuan.
"Semuanya pakai uang donasi dari para relawan, donatur atau bantuan-bantuan lainnya," jelasnya.
Dalam menjalankan aksinya, para relawan nampak terlihat mengajak bermain anak-anak di pengungsian. Mulai dari bernyanyi bersama, berjoget, hingga mewarnai.
Semuanya dilakukan secara bergantian sesuai urutan hingga akhirnya ditutup dengan pembagian hadiah untuk masing-masing anak.
Rona bahagia terpancar jelas ketika anak-anak sedang bermain dan bercanda dari bawah tenda pengungsian. Gelak tawa tak henti bersautan selama agenda pemulihan tersebut.
Wiwin Triyana (30) salah seorang warga terdampak mengaku sangat terbantu dengan adanya program trauma healing tersebut. Ia bercerita anaknya yang berusia enam tahun, Khairan, sangat trauma pasca insiden gempa.
Sebelum mengikuti program trauma healing, Wiwin mengaku anaknya bahkan enggan berada di posko pengungsian. Sebab ia merasa trauma melihat rumah-rumah yang runtuh akibat gempa.
"Sekarang alhamdulillah ini sudah mau ke posko setelah awalnya dibujuk. Awalnya sempat nangis, tapi sekarang sudah bisa ketawa lepas," ujarnya ditemui di lokasi yang sama.
Karenanya, ia sangat berterima kasih terhadap para relawan yang mau bersusah payah memulihkan trauma anak-anak. Kini Wiwin hanya bisa berharap perlahan anaknya dapat mulai pulih dan tak ada lagi kenangan buruk akan gempa.
"Semoga cepat bisa normal lagi. Pelan-pelan bisa ketawa dan tidak takut lagi," pungkasnya.
Berdasarkan data per Minggu (26/11), BNPB menyebut total korban dalam bencana tersebut telah mencapai 321 jiwa. Sementara 11 warga dikabarkan masih hilang imbas gempa berkekuatan magnitudo 5,6 tersebut.
BNPB juga mencatat sebanyak 73.874 orang harus mengungsi dan 62.628 rumah warga dilaporkan rusak meliputi kerusakan ringan hingga berat.