Dengan demikian, mantan Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi IISIP Jakarta ini menyimpulkan PSI rawan sebagai partai peserta Pemilu 2024. Menurutnya, internal PSI juga berpotensi retak yang memicu kader-kader lainnya hengkang.
Menurutnya, PSI harus benar-benar melakukan evaluasi secara menyeluruh baik dalam pola komunikasi partai maupun branding yang diangkat, agar 'mimpi buruk' di 2019 lalu tidak terulang kembali.
"Para kader yang ingin ke Senayan tentu tidak punya harapan bila tetap bertahan di PSI. Jalan terbaik bagi mereka tentu keluar dari PSI untuk pindah ke partai lain yang lebih menjanjikan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terpisah, Pengamat Politik Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo melihat hengkangnya sejumlah kader yang memiliki nama menjanjikan di PSI merupakan sebuah hal wajar ketika wadah partai sudah tidak sesuai dengan visi dan misi personal.
"Jadi menurut saya, ini sebuah kewajaran ya, sebuah dinamika menjelang 2024," kata Kunto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (15/12) malam.
Kunto melihat para kader yang hengkang ingin berlabuh di partai politik lain yang lebih menjanjikan dan bisa membawa mereka melenggang ke Senayan, hal yang mungkin masih susah dilakukan oleh PSI.
"Mungkin pentolan-pentolan ini ingin berlabuh di partai yang menjanjikan untuk bisa dapat electoral threshold dan bisa duduk di kursi DPR," ujarnya.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI ini kemudian meminta agar PSI terlebih dahulu memulai pembenahan dari internal partai. Salah satunya citra dan jargon anak muda yang diusung PSI harus kembali diselaraskan makna dan implementasinya.
PSI selama ini cenderung menyasar target partisipan kalangan anak muda, perempuan, dan lintas agama. Namun demikian dalam proses berpolitik, Kunto menilai strategi itu tidak terlalu terlihat.
"Memang problem dari PSI ini seakan-akan mereka menjual ideologi anak muda tapi langkah-langkah politiknya boomer banget. Jadi menurut saya itu mungkin yang harus diselaraskan kembali menjelang 2024," ujar Kunto.
Sementara itu Juru Bicara PSI Sigit Widodo tak ambil pusing dengan penilaian sejumlah pengamat tersebut. Menurutnya, semua pengamat bebas berpendapat dan sah-sah saja di negara demokrasi.
"Tapi saya yang sudah bergabung di PSI lebih dari lima tahun dan selama empat tahun menjadi juru bicara DPP sama sekali tidak pernah berpikir seperti analisa pengamat itu," kata Sigit kepada CNNIndonesia.com, Jumat (16/12).
Sigit mengatakan kader PSI saat ini sangat optimistis bisa melenggang masuk DPR pada Pemilu 2024. Menurutnya, sampai sekarang banyak tokoh masyarakat dan aktivis sosial yang mendaftar masuk ke PSI
"Kalau PSI dinilai oleh masyarakat tidak akan masuk parlemen lagi di Pemilu 2024, pasti tidak akan ada yang mau mendaftar sebagai caleg di PSI," ujarnya.
"Bahkan kalau mau dikalkulasi, jumlah kader yang mundur sangat sedikit dibandingkan kader-kader potensial yang masuk. Dalam setiap perjuangan selalu terjadi gugur satu tumbuh seribu, saya pikir di PSI saat ini juga terjadi hal yang sama," kata Sigit menambahkan.
(khr/fra)