FSGI: 117 Anak Korban Pelecehan Sepanjang 2022, 73 Persen Pelaku Guru

CNN Indonesia
Senin, 02 Jan 2023 17:38 WIB
Sepanjang 2022 FSGI mencatat setidaknya ada 17 kasus pelecehan seksual dengan 117 korban di sekolah, di mana 73,68 persen pelaku adalah guru.
Ilustrasi korban kekerasan seksual di lingkungan sekolah. (Istockphoto/Favor_of_God)
Jakarta, CNN Indonesia --

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengungkapkan deret kasus kekerasan yang terjadi di sekolah sepanjang 2022, mulai dari pelecehan seksual sampai intoleransi.

FSGI mencatat ada 17 kasus pelecehan seksual dengan 117 korban terjadi dalam kurun waktu setahun. Dari 117 anak menjadi korban, 16 di antaranya laki-laki dan 101 anak perempuan.

"Pada tahun 2022 total 17 kasus, terjadi penurunan sedikit dibandingkan tahun 2021 yang berjumlah 18 kasus," Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti dalam keterangan tertulis, Senin (2/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pelecehan terjadi pada jenjang pra sekolah/TK sampai sekolah menegah atas (SMA). Dia membeberkan di jenjang Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2 kasus, SMP sebanyak 3 kasus, dan SMA 2 kasus.

Kemudian di Pondok Pesantren ada 6 kasus, Madrasah tempat mengaji/tempat ibadah 3 kasus, dan 1 kasus terjadi di tempat kursus musik bagi anak usia TK dan SD.

"Rentang usia korban antara 5-17 tahun," ujar Retno.

Untuk pelaku kekerasan seksual di lingkungan pendidikan itu, kata Retno, total tercatat berjumlah 19 orang. Mereka terdiri dari 14 guru, 1 pemilik pesantren, 1 anak pemilik pesantren, 1 staf perpustakaan, 1 calon pendeta, dan 1 kakak kelas korban.

"Adapun rincian guru yang dimaksud diantaranya adalah guru pendidikan agama dan pembina ekskul, pembina OSIS, guru musik, guru kelas, guru ngaji," ucap dia.

"Dari total 19 pelaku kekerasan seksual di satuan pendidikan, 73,68 persen berstatus guru," kata Retno.

Perundungan di sekolah

FSGI juga mendata jumlah kasus perundungan di sekolah sepanjang 2022. Salah satunya terjadi di MTs Negeri di Kotamubagu, Sulawesi Utara pada Juni 2022. Seorang anak diduga mengalami perundungan fisik dari 9 temannya.

"Bahkan ada seorang santri di salah satu Ponpes di Rembang yang disiram pertalite dan dibakar kakak kelasnya saat sedang tidur, hingga korban mengalami luka bakar yang parah," kata Retno.

Menurut pemantauan FSGI, kondisi saat ini literasi dan moderasi beragama di dunia pendidikan masih belum cukup baik. Kondisi ini memberi kontribusi bagi terjadinya intoleransi misalnya pelarangan dan pemaksaan pemakaian jilbab yang merupakan simbol dan identitas kepada pihak lain.

FSGI juga mencatat sejak 2014 sampai dengan 2022 terdapat sejumlah kasus intoleransi yang terjadi di satuan pendidikan, seperti pelarangan peserta didik menggunakan jilbab atau penutup.

Ada pula yang diskriminasi karena menganut agama minoritas. Lalu, kewajiban sholat dhuha sehingga sejumlah peserta didik perempuan harus membuka celana dalamnya.

"Untuk membuktikan bahwa yang bersangkutan benar sedang haid/menstruasi," ucap dia.

CNNIndonesia.com telah menghubungi tiga pejabat di KemendikbudRistek untuk menanggapi deret kekerasan di sekolah tersebut. Namun, ketiganya belum juga merespons.

Beberapa yang telah dihubungi Plt Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) KemendikbudRistek Anang Ristanto, Irjen KemendikbudRistek, Chatarina Girsan dan Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo.

(yla/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER