Terdakwa Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E menceritakan detik-detik pembunuhan terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Hal itu disampaikan Bharada E dalam agenda sidang pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Kamis (5/1).
Mulanya, Hakim Ketua Wahyu Iman Santoso bertanya apakah Bharada E telah terbayang akan membunuh Brigajir J usai diberikan skenario oleh Ferdy Sambo di rumah Saguling III. Bharada E mengaku telah terbayang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah sampai di lokasi tempat kejadian perkara (TKP) atau rumah dinas Duren Tiga nomor 46, Bharada E menyempatkan diri untuk berdoa di lantai atas sebelum akhirnya mendengar suara dari arah lantai bawah.
"Habis berdoa, saya turun, Yang Mulia. Pas turun sampai di ujung tangga, ada pak Sambo di ujung tangga. Langsung dia tanya ke saya 'Sudah isi senjatamu?' Isi itu maksudnya kokang, Yang Mulia," ujar dia.
Sambo, kata dia, kemudian memerintahkan untuk mengisi senjata terlebih dahulu. Bharada E telah melihat Sambo menggunakan sarung tangan di sebelah kanan saat itu.
Brigadir J kemudian masuk dari arah samping. Bharada E menyebut Sambo menarik Brigadir J sebelum eksekusi.
"Dia ditarik, Yang Mulia. Ditarik sama pak Sambo," ungkap Bharada E.
Hakim bertanya apakah Brigadir J ditarik untuk disuruh maju ke depan. Hal itu dibenarkan Bharada E.
Lalu, hakim bertanya apakah ada pembicaraan sebelum penembakan. Bharada E menyebut penembakan langsung dilakukan.
"Saat itu begitu korban itu ditarik oleh Ferdy Sambo, apa yang disampaikan?"
"Cuma narik, 'Sini kamu' langsung dorong ke depan. 'Kau berlutut, berlutut kamu' disuruh berlutut Yang Mulia," jelas Bharada E sambil memperagakan gerakan Sambo.
Hakim bertanya perihal lokasi Brigadir J berlutut berada. Apakah lokasinya berada di antara tangga dan pintu gudang. Bharada E mengatakan persis di depan tangga.
Kemudian Bharada E menceritakan detik-detik tewasnya Brigadir J. Sebelum ditembak, Brigadir J sempat menanyakan apa yang terjadi kepada Sambo.
"Pas di depan tangga. Abis itu almarhum kan tanya ke pak sambo 'Pak, kenapa pak? Ada apa pak?' Begini tangannya di depan. Langsung pak Sambo lihat saya. Saya di samping kanannya beliau, 'Woy kau tembak, kau tembak cepat, cepat kau tembak'. Langsung saya keluarkan senjata api, Yang Mulia," terang Bharada E sambil memperagakan kedua telapak tangan terbuka di depan dada.
Lalu, hakim bertanya apa yang ada di benak Bharada E kala itu. Bharada E mengaku tak tahu lagi apa yang ada dipikiranya kala itu.
Hakim setelahnya bertanya perihal pangkat Bharada yang dimiliki Eliezer dan pelatihan yang didapatkannya.
Kemudian, hakim bertanya berapa kali Bharada E menembak Brigadir J. Bharada E menjawab tiga sampai empat kali. Hakim lalu bertanya apa yang terjadi setelah Brigadir J tumbang.
"Jadi abis saya tembak, Yang Mulia, langsung jatuh. Dia jatuh ada suaranya, Yang Mulia. Habis itu pak Sambo maju, Yang Mulia. Pak Sambo di samping kiri saya, langsung maju ke depan, Yang Mulia. Sudah pegang senjata api, langsung tembak ke arah almarhum," jelas Bharada E.
Hakim kembali memastikan Sambo menembak Brigadir J. Hal itu dibenarkan Bharada E. Hakim lalu bertanya posisi Sambo saat menembak apakah berdiri atau jongkok.
"Jadi pas maju kan kokang senjata, Yang Mulia. Pas waktu itu masih berdiri, Yang Mulia," kata Bharada E.
Namun, Bharada E sudah tak ingat berapa kali Sambo menembak.
"Kemudian dia menembak berapa kali masih ingat?"
"Sudah tidak ingat, Yang Mulia. Habis itu dia (Sambo) langsung jongkok di depan tangga persis di depan tangga, Yang Mulia," ujar Bharada E.
Sambo, kata Bharada E, langsung menembak ke arah tangga atas. Sempat berhenti, Sambo kembali menembak ke arah yang berlawanan atau ke arah atas televisi.
(pop/ain)