Hasto Tekankan Pentingnya Kepemimpinan Intelektual Bagi Generasi Muda
Doktor Ilmu Pertahanan, Hasto Kristiyanto, menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan kepemimpinan intelektual bagi para pemimpin bangsa di masa depan. Menurutnya, Indonesia butuh pemimpin yang menyadari ketertinggalan akibat adanya gap penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal itu tersebut disampaikan ketika berbicara di hadapan mahasiswa Universitas Pertahanan (Unhan) RI yang melakukan kunjungan lapangan ke pabrik petrokimia milik negara, PT Pupuk Kujang, di Cikampek, Jawa Barat, pada Rabu (18/1).
"Kepemimpinan intelektual itu artinya bisa membaca arah ke depan berbasis pada ilmu pengetahuan. Dengan membaca buku dan berdiskusi, kita tahu arah masa depan dan kita bisa tentukan migrasi terpendek mencapai masa depan itu," kata Hasto dalam keterangannya, Kamis (19/1).
Dia menegaskan, para mahasiswa Unhan, bersama puluhan juta anak muda Indonesia lainnya, adalah calon pemimpin bangsa di masa depan. Maka kemampuan mereka harus diasah dan disiapkan sejak dini, agar mereka dapat membangun kepemimpinan intelektual.
Kepemimpinan intelektual itu penting, karena demi membawa Indonesia menjadi bangsa hebat dan berdikari. Terlebih, pertahanan sebuah bangsa itu bukan hanya bersifat militer, namun juga non militer.
"Maka kepemimpinan kita harus di segala bidang, dan hanya bisa kita lakukan jika kita menguasai ilmu-ilmu dasar, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta riset. Tak ada negara yang besar tanpa penguasaan ilmu-ilmu dasar," ungkap pria yang tercatat sebagai dosen pengajar di Unhan ini.
Hasto menambahkan, sejatinya negara ini kaya akan sumber daya. Akan tetapi, adanya gap penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ini membuat Indonesia tertinggal dalam banyak aspek.
Dalam konteks itu pula para mahasiswa Unhan dan anak-anak muda Indonesia harus menggali ilmu sekuatnya. Sehingga akhirnya memiliki ide untuk masa depannya dan masa depan bangsa-negara.
"Hidup tanpa ide bagi masa depan, sama saja melangkah tanpa arah. Tak tahu bergerak kemana. Ide dan imajinasi itu diawali dengan suatu tradisi membaca buku, dengan kepemimpinan intelektual. Itu sudah dibuktikan para pendiri bangsa kita," ujar Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Sekjen PDIP) ini.
Menurutnya, di tangan mahasiswa dan para anak muda inilah masa depan bangsa berada. Maka sudah sewajarnya untuk menggembleng diri mereka masing-masing demi kepentingan bangsa dan negara.
"Kemajuan Indonesia Raya bisa terjadi jika anak muda punya fighting spirit dan daya juang demi masa depan. Ingat, Anda bisa disebut terhebat dan ukuran hebat itu bagi kepentingan bangsa dan negara," tegasnya.
Senada, Process Enggineer di Pupuk Kujang yang berusia 32 tahun, Rahayu Ginanjar Siwi, mengakui mahasiswa dan anak muda Indonesia memang perlu membaca banyak buku sekaligus berimajinasi berbasis ilmu pengetahuan. Bagi pria yang lulus dari ITB dan University of Manchester itu, menjadi sarjana itu sebenarnya adalah langkah untuk mewujudkan imajinasi.
"Contoh kita dulu tak terbayang membangun pabrik kimia besar. Dan ternyata bisa. Dan semuanya tak serumit yang dipelajari di kelas. Yang jelas harus banyak baca buku untuk bisa membuka cakrawala dan imajinasi," ujar pria kelahiran Sukoharjo yang lulus dari SMA 1 Solo tersebut.
Sebagai informasi, kunjungan lapangan mahasiswa Unhan disambut oleh jajaran petinggi Pupuk Kujang, yang dipimpin oleh Dirut Maryadi dan Komisaris Riad Oscha Chalik. Sesprodi Teknik Mesin Militer Unhan, Letkol Wawan, turut hadir memimpin puluhan mahasiswa Unhan yang datang.
(rir)