Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan bahwa belum ada kasus penyakit campak yang terjadi di DKI Jakarta sepanjang 2023 ini.
Menurutnya, kasus penyakit campak di Jakarta sudah mengalami penurunan sejak Desember 2022, setelah sempat mengalami kenaikan pada Juli hingga November 2022.
"Pada bulan Desember sudah ada tren penurunan, sebelumnya mulai meningkat di Juli-November 2022. Belum ditemukan campak pada 2023 di Jakarta," kata Ngabila lewat pesan singkat, Rabu (25/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan bahwa kasus campak di Jakarta meningkat menjadi 253 kasus pada 2022, karena surveilans dan cakupan imunisasi campak rubella menurun selama pandemi Covid-19 2020 hingga 2022.
Menurutnya, kasus campak banyak ditemukan di daerah dengan cakupan imunisasi rendah, wilayah padat penduduk, serta sanitasi dan gizi kurang.
"(Sebesar) 20-40 persen anak sudah imunisasi MR dua kali, masih bisa menjadi suspek campak. Meski sudah dua kali vaksin MR, namun cakupan rendah di wilayah tersebut dan cakupan vaksinasi tidak merata menyebabkan kenaikan kasus," katanya.
Ia menerangkan bahwa cara penularan campak sama seperti Covid-19, bahkan jauh lebih menular dan sangat cepat yaitu melalui udara dan droplet lewat permukaan benda, atau kontak langsung dengan kulit penderita.
Ngabila bilang, pihaknya sudah mengeluarkan edaran untuk seluruh fasilitas kesehatan yang bunyinya antara lain mengingatkan Puskesmas di tingkat kecamatan melakukan pemetaan wilayah atau kantung cakupan imunisasi campak rubella yang masih rendah sampai level RT.
Pihaknya, lanjut dia, akan melakukan sweeping imunisasi dan operasi timbang yang dilakukan berdasarkan prioritas yakni daerah kumuh, daerah padat dan miskin, daerah cakupan vaksin campak rendah, serta daerah dengan jumlah balita gizi kurang dan buruk terbanyak.
Terakhir, Ngabila menambahkan pihaknya akan memberikan edukasi mengenai campak dan rubella serta operasi timbang kepada lintas sektor terkait mulai dari dasawisma, posyandu, TP PKK, Kasatlak pendidikan, guru, serta masyarakat luas.