Direktur Aljabar Strategic Arifki Chaniago menilai Presiden Jokowi tidak akan mendepak NasDem secara keseluruhan dari koalisi pemerintahan saat ini. Hal itu disimpulkan dari gerakan NasDem setelah pertemuan di istana.
NasDem mulai menjajaki komunikasi dengan rekan koalisi pendukung Jokowi. Pada saat yang sama, Jokowi tak menggelar reshuffle -yang semula santer disuarakan bakal digelar Rabu Pon lalu--, meski dorongan PDIP begitu kuat untuk kocok ulang kabinet itu.
Arifki menilai Jokowi tak mau kehilangan dukungan NasDem di akhir masa pemerintahan periode kedua dan terakhirnya ini. Terlebih lagi setelah pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di HUT ke-50 PDIP yang terlihat ingin mengerdilkan Jokowi selaku kadernya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan NasDem digeser dari pemerintahan, Jokowi tidak bisa memainkan posisi dinamis, dia akan bergantung dengan PDIP," ujar Arifki.
Agung menilai Jokowi ingin menjaga soliditas koalisi agar bisa menutup masa jabatan dengan baik. Dengan demikian, Jokowi diprediksi akan mempertahankan NasDem di kabinet.
Meski begitu, Jokowi tidak akan membiarkan risiko 'pembangkangan' NasDem begitu saja. Dia tetap akan memberi hukuman karena NasDem mendukung Anies tanpa restu.
"Feeling saya memang ada reshuffle untuk NasDem, tetapi tidak semua posisi menteri, dikurangi sebagai peringatan kepada Surya Paloh agar tidak bermain dua kaki," ujarnya.
Agung menambahkan, "Minimal narasi-narasi Anies nanti tidak membabi buta, menciptakan suasana tegang dalam konstelasi 2024."