Panitia Klarifikasi Lima Bedug Hilang Saat Puncak Harlah 1 Abad NU
Panitia Puncak Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) mengklarifikasi informasi yang menyebut lima dari sembilan bedug di acara itu telah hilang.
Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Rahmat Hidayat Pulungan, dalam pemberitaan sejumlah media dan jumpa pers sebelumnya menyatakan dugaan lima bedug yang dipakai dalam acara di stadion GOR Deltras Sidoarjo itu telah hilang.
Tapi belakangan, dia mengklarifikasi bahwa bedug yang dikira hilang itu ternyata sudah diamankan.
"Mohon maaf sebelumnya sore tadi ada miskomunikasi, awalnya info yang kami terima lima bedug hilang, setelah ada laporan perkembangan malam ini ternyata bedugnya tidak hilang tapi sudah diamankan," kata Rahmat, di Sidoarjo, Rabu (8/2).
Rahmat mengaku dengan banyaknya jemaah yang hadir, membuat panitia harus kerja ekstra mengatur jalannya acara sehingga miskomunikasi pun tak terhindarkan.
Salah satunya informasi jumlah jemaah yang datang dan terkait keberadaan bedug yang dipakai saat acara pembukaan Puncak 1 Abad NU hilang.
"Awalnya diperkirakan berjumlah 1,3 juta jemaah ternyata laporan yang diterima panitia yang dihimpun dari berbagai ranting dan PCNU se-Indonesia, jumlah jemaah yang hadir di resepsi 1 Abad NU mencapai 4 juta lebih," tambah Rahmat.
Pihaknya pun mengapresiasi Pemkab Sidoarjo selaku tuan rumah hingga aparat dari TNI-Polri yang telah membantu kelancaran resepsi Puncak Harlah 1 Abad NU hingga acara berlangsung aman dan lancar.
"Apresiasi kami dari panitia harlah 1 Abad NU untuk warga Sidoarjo yang begitu antusiasnya membantu mulai dari menyediakan makanan dan minuman gratis hingga tempat istirahat para jemaah," kata dia.
Kabar duka
Namun, di antara suka cita merayakan 1 Abad NU, terselip pula kabar duka cita dalam gelaran di Sidoarjo selama 24 jam itu. Rahmat--yang merupakan Wakil Ketua Resepsi 1 Abad NU--menyampaikan kabar duka cita ada dua jemaah yang meninggal dunia di sela gelaran acara tersebut.
"Selama 24 jam banyak hal-hal yang terjadi di luar nalar kemampuan kami sebagai panitia," kata Rahmat.
Salah satu hal yang menurutnya terjadi di luar nalar adalah meninggalnya dua orang jemaah. Yang pertama adalah Imam Suhrowardi (22), seorang IPNU asal Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang.
"Yang meninggal anak IPNU itu kalau enggak salah dari Jombang. Anak ini dari kecil memang memiliki riwayat jantung. Dan memang ayahnya sudah melarang untuk tidak datang ke sini karena banyak orang," ucapnya.
Namun, Ardi tetap berangkat ke lokasi. Singkat cerita, di tengah acara, dia pulang dan mampir ke rumah kerabatnya di Tanggulangin, Sidoarjo.
"Anak itu tetap berangkat datang ke lokasi, kemudian pulang mampir ke rumah pamannya kalau enggak salah. Kemudian dia, salat zuhur musala dekat Tanggulangin dan meninggal," katanya.
Berikutnya, kata Rahmat ada lagi seorang pria berusia 63 tahun asal Sidoarjo. Almarhum memiliki riwayat penyakit yang sama.
"Kemudian yang kedua, ada bapak-bapak umur 63 tahun orang Sidoarjo. Itu juga sama punya masalah sakit jangka panjang. Tapi dia memaksakan datang karena ambil berkahnya. Dia datang, kecapekan, dia pulang, kemudian dia salat di masjid dan meninggal," katanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, pengasuh Ponpes Al Khairat, Mumbul, Singaraja, Bali, KH Abdul Hamid, juga dikabarkan meninggal dunia sebelum sempat menghadiri puncak Harlah Satu Abad NU di GOR Delta, Selasa (7/2).
Almarhum KH Abdul Hamid meninggal dunia saat menunaikan salat di masjid dalam perjalanan dari Bali ke Sidoarjo. Kemudian almarhum dimakamkan di Desa Siwalan, Panji Sidoarjo.