Gunung Karangetang Sulut Berpotensi Banjir Lahar Turun dengan Cepat
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan Gunung Karangetang di Sulawesi Utara berpotensi banjir lahar. Ada empat faktor yang bisa meningkatkan potensi tersebut.
"Di sini potensi banjir lahar pasti terjadi. Lahar itu terjadi karena 4 parameter; ada tumpukan material, lembah sebagai jalur, kemiringan lereng, dan hujan," ujar Koordinator Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Oktory Prambada dalam konferensi pers Badan Geologi via zoom, Kamis (9/2).
Meski demikian, dirinya mengimbau masyarakat agar tidak khawatir lantaran kemiringan gunung akan mempercepat proses banjir lahar tersebut.
"Kemiringan gunungnya cukup tinggi. Jadi, tumpukan material itu turun dengan cepat. Bahkan kadang-kadang orang tidak sadar bahwa sungai-sungai sudah terlewati lahar karena kecepatannya membuat itu seakan-akan menghilang," kata dia.
Menurut Oktory, Gunung Karangetang juga berbeda dengan Semeru atau Merapi yang cukup landai. Dengan demikian, dirinya mengatakan banjir lahar akan berlangsung cepat.
"Jadi tidak akan terjadi banjir seperti di Semeru atau Merapi. Karena di sini lerengnya curam, (banjir lahar) itu berlangsung cepat sekali," kata dia.
Akan tetapi, menurutnya, gunung yang terletak 146 km dari Kota Manado dan memiliki ketinggian 1.784 MDPL tersebut tetap berpotensi mengancam penduduk.
"Berpotensi mengancam penduduk di sektor Tenggara dan Selatan dari data-data yang mendukung instrumen bencananya. Pada 8 Februari 2023 terjadi peningkatan menjadi level siaga," katanya.
Menurutnya, Badan Geologi sudah memantau lewat 3 stasiun seismik digital dan gps sebagai instrumen deformasi yang berfungsi untuk mengetahui dinamika perkembangan atau aktivitas tubuh gunung api.
"Di sana juga ada empat pengamat gunung api yang sedang bertugas. Letusan total yang telah tercatat adalah 55 kali, kemudian erupsi terakhir pada 2019 berupa aliran dan guguran lava," tuturnya.
Akan tetapi, dia mengatakan gunung api tersebut tidak pernah meletus secara besar lantaran memiliki kemiringan yang besar dan tinggi.
"Sehingga potensi bencanya tidak sampai erupsi, tetapi lebih ke guguran lava saja," ucapnya.
(psr/pmg)