Jakarta Macet, DPRD Usul Pemprov DKI Bangun Park and Ride
Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Ismail mengusulkan Pemerintah Provinisi (Pemprov) DKI Jakarta untuk membangun fasilitas park and ride sebagai solusi kemacetan Jakarta.
Park and ride merujuk pada fasilitas parkir yang disediakan untuk para pemilik kendaraan pribadi. Setelah mobil atau motor mereka diparkir, pemilik melanjutkan perjalanan dengan angkutan umum.
Ismail mengatakan berdasarkan data dari Ditlantas Polda Metro Jaya, setiap harinya ada sekitar 4 juta kendaraan pribadi yang keluar masuk DKI Jakarta.
"Justru lebih urgent park and ride itu, karena kalau kita ingat penjelasan dari Dirlantas, per hari itu 4 juta loh masuk dari luar DKI ya dengan berbagai moda transportasi pribadi, ada roda dua dan empat," kata Ismail, Rabu (15/2).
Menurutnya, fasilitas park dan ride seharusnya dibangun di daerah perbatasan yang bersinggungan dengan simpul transportasi umum.
Jika daerah perbatasan itu tak bersinggungan dengan transportasi umum, menurut Ismail bisa ditangani dengan menyediakan angkutan feeder.
"Yang belum ada, tapi di situ signifikan arus masuk ke DKI, kita buatkanlah feeder, toh yang sifatnya lebih mobile kan Transjakarta. Armadanya juga dia kan baru sepertiga dari yang dia miliki. Jadi ada 900 yang baru dioperasikan sekitar 300-an," katanya.
Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta sebelumnya mengungkap penyebab kemacetan di ibu kota beberapa waktu belakangan.
Kepala Dishub DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan salah satu penyebab kemacetan itu adalah pembangunan infrastruktur.
Syafrin mencontohkan pekerjaan konstruksi Jalan Tol Harbor Road II, Jakarta Utara, yang membuat lajur jalan menyempit.
"Di sisi utara, itu di RE Martadinata, tahun ini kita ada pekerjaan pembangunan Harbour Road Toll II. Di mana, saat ini ada manajemen rekayasa lalu lintas untuk jalan RE Martadinata yang tadinya 4 lajur 2 arah, saat ini menjadi 2 lajur 1 arah," kata Syafrin di Balai Kota Jakarta, Senin (13/2).
"Sehingga, terjadi kepadatan karena memang cukup panjang dari kawasan JIS ke barat," imbuhnya.
Lihat Juga : |
Sementara di Jakarta Timur-Jakarta Selatan, ia menyinggung pembangunan tiang LRT Jabodebek di Jalan MT Haryono, Jalan Gatot Suboto, hingga Jalan HR Rasuna Said.
"Ada beberapa lajur yang titiknya menjadi tidak ideal karena terdampak pembangunan tiang LRT Jabodebek sehingga yang tadinya ada 4 lajur diambil 1 lajur menjadi 3 lajur dan seterusnya. Ini juga tentu akan berdampak pada kepadatan lalu lintas di kawasan itu," kata dia.
(yoa/kid)