BBWS Respons Gibran soal Banjir Solo Akibat Tindakan di Gajah Mungkur
Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS-BS) memastikan pembukaan pintu air waduk Gajah Mungkur (WGM) di Wonogiri, Jawa Tengah, tidak menyebabkan banjir di Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo Kamis (16/2).
Hal itu disampaikan Kepala BBWSBS, Maryadi Utama saat ditanya mengenai pernyataan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka yang menyebut banjir di Solo karena spillway WGM dibuka sehingga muka air Bengawan Solo meluap.
"Plt Dirut Perum Jasa Tirta I tadi menjelaskan waduk Gajah Mungkur itu hanya sebagian kecil. Hanya 15 persen dari debit yang masuk ke Sungai Bengawan Solo yaitu 280 meter kubik per detik," kata Maryadi dalam jumpa pers di kantornya, Senin (20/2).
Pihaknya menilai banjir yang melanda puluhan ribu warga Solo itu justru karena anak-anak sungai yang meluap akibat curah hujan yang tinggi selama 10 jam tanpa henti.
Debit air Bengawan Solo sendiri dipengaruhi beberapa faktor yang salah satunya adalah intensitas hujan dan volume air yang masuk dari anak-anak sungainya.
Maryadi menyebut pada pada saat banjir terjadi Kamis (16/2), curah hujan di Soloraya mencapai rata-rata 80-280 milimeter. Hujan deras berlangsung dari pukul 14.00 - 23.00 WIB. Akibatnya, beberapa anak sungai Bengawasn Solo naik di saat yang bersamaan.
"Dari Sungai Dengkeng (Klaten) 562 meter kubik per detik, dari Sungai Samin (Karanganyar) 400 meter kubik per detik, masih ditambah lagi dari anak-anak sungai yang lain," katanya.
Derasnya air yang masuk tersebut menyebabkan muka air Bengawan Solo membuat BBWSBS dan Pemkot Solo kewalahan. BBWSBS telah mengaktifkan 15 stasiun pompa dan pintu air di Kota Solo. Total kapasitas pompa yang dimiliki BBWSBS mencapai 22.000 liter per detik.
Pemerintah Kota (Pemkot) Solo sendiri juga sudah menyalakan 10 pompa air dan mobile pump dengan kapasitas total 2.000 liter per detik. Namun upaya tersebut tidak bisa mengatasi tingginya debit air yang mengalir ke Bengawan Solo.
"Bisa dipompa. Tapi karena curah hujan yang masuk sangat tinggi, kita kejar-kejaran," kata Maryadi.
Diakui, beberapa pompa milik BBWSBS sempat mengalami kerusakan saat banjir terjadi. Beberapa di antaranya pompa Jebres 1, Pompa Jebres 2, dan pompa Kedung Kopi. Tiga pompa tersebut tidak bisa mengimbangi derasnya air yang masuk sehingga rumah pompa tergenang banjir.
"Karena pompanya tergenang air, jadi terpaksa dimatikan," katanya.
Sebelumnya, Gibran mengeluhkan BBWSBS tidak berkoordinasi sebelum membuka spillway WGM dibuka penuh. Ia meminta agar pemangku daerah aliran sungai Bengawan Solo itu mengkomunikasikan kegiatannya yang akan berdampak ke Solo.
"Yang jelas kalau misalnya mau dapat kiriman dari Wonogiri ya koordinasi dulu. Tapi nggak apa-apa. Nanti kita antisipasi lagi," katanya.
Gibran juga mengeluhkan pompa-pompa milik BBWSBS yang rusak saat dibutuhkan.
"Itu juga kemarin saya sempat komplain ke BBWSBS. Nanti segera ditindaklanjuti ya," katanya.
Dapur Umum dari Kemensos
Sementara itu terkait banjir Solo, Menteri Sosial Tri Rismaharini mengaku telah mendirikan dapur umum untuk membantu warga terdampak sejak Kamis (16/2) lalu.
"Kita sudah mulai hari Jumat Sukoharjo kita juga sudah turun bantu buat dapur umum di sana di Solo maupun di Sukoharjo. Kamis yang lalu Sukoharjonya. Jumat sudah kita buat itu," ujar Risma kepada wartawan di Jakarta, Senin.
Risma mengatakan dapur umum itu akan didirikan hingga status tanggap darurat bencana benjar Solo berakhir. Adapun status tanggap darurat bencana berlaku 14 hari sejak ditetapkan.
"Selesai tanggap darurat kita tinggal," katanya.
Ia mengungkapkan sejumlah bantuan logistik juga telah disalurkan seperti kasur, selimut, dan makanan.
"Yang utama kita buat dapur umum untuk para pengungsi, teman-teman juga nangani bersama Tagana dengan pemerintah daerah menangani untuk para pengungsi tadi," ucapnya.
Sementara itu, ratusan warga yang terdampak dilaporkan sudah mulai kembali ke rumah masing-masing.
Menurut Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo Nico Agus Putranto, masih ada 750-an warga yang bertahan di pos pengungsian. Mereka tersebar di kelurahan Joyotakan, Pucangsawit, dan Gandekan.
Data Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BPBD Provinsi Jawa Tengah, Sabtu (18/2) pagi, mengungkap banjir ini berdampak terhadap 21.864 orang.
Sebanyak 4.440 warga harus mengungsi di 12 titik yang tersebar di Joyotakan, Gendekan, Semanggi, Pucang Sawit, Kedunglumbu, Sudiro Prajan dan Pasar Kliwon.