Insiden petasan mematikan di Blitar, Jawa Timur, pada akhir pekan lalu menewaskan empat orang dari suatu keluarga dan menyebabkan 23 orang lain mengalami luka-luka.
Kantor BPBD Kabupaten Blitar di Wlingi mendapat panggilan darurat soal ledakan dahsyat dari sebuah rumah di Dusun Sadeng, Karangbendo, Kecamatan Ponggok, sekitar pukul 22.45 WIB pada Minggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu tim BPBD Kabupaten Blitar kemudian sigap melaju dengan mobil untuk menempuh jarak sekitar 35 kilometer. Situasi jalanan yang lengang, memudahkan petugas segera sampai di lokasi.
Lukman Rubai, salah satu di antara petugas yang menuju lokasi malam itu menceritakan bagaimana detik-detik menegangkan evakuasi pasca ledakan tersebut terjadi.
Ia mengatakan usai 15 menit perjalanan mereka sampai di tujuan. Saat itu jalanan kampung Sadeng telah dipadati warga. Mereka ingin mengetahui tentang apa yang sebenarnya terjadi di rumah tetangga mereka, Darman.
Kala itu benda di atas permukaan tanah berwarna abu-abu, seperti tertutup abu vulkanik Gunung Kelud. Aliran listrik padam, sementara udara pekat tercium mirip bau belerang. Situasi semakin mencekam.
Para petugas kemudian berjibaku mencari korban ledakan petasan yang bagian tubuhnya sudah banyak terpisah. Pencarian hanya mengandalkan lampu bawaan di tengah situasi minim cahaya.
"Pertama kami temukan jasad utuh di depan rumah. Kami langsung masukkan ke dalam kantong jenazah. Lalu kami berjalan ke depan lagi, di tengah jalan atau sebelah utara masjid, kami temukan lagi satu jasad. Tapi hanya separuh badan tanpa kepala," ungkap Lukman mengutip detik, Sabtu (24/2).
Sekitar pukul 03.00 WIB, Lukman dan para rekannya beristirahat sesaat. Tenaga mereka terkuras karena harus membolak-balikkan reruntuhan rumah yang telah rata dengan tanah.
Menurut Lukman di balik reruntuhan itu banyak ditemukan bagian tubuh korban tercecer.
Beberapa relawan, warga sekitar dan menyusul anggota BPBD Pemprov Jatim kemudian turun langsung ke Blitar untuk membantu proses evakuasi ini. Usai subuh, tim kembali menemukan dua bagian tubuh korban yang tinggal separuh.
"Lokasi ketiga itu di utara sumber ledakan. Posisinya di tengah tegalan. Radius sekitar 150 meter. Kondisinya separuh badan dengan kepala bagian belakang sepertinya," cerita Lukman.
Lukman hanya bisa mengucapkan istighfar berulang kali saat potongan demi potongan tubuh ditemukan.
"Iya baru kali ini (evakuasi korban yang kondisi tubuhnya hancur lebur). Semoga tidak ada kejadian seperti ini. Kalau (trauma) tidak ya. Karena memang sudah niatan saya di sini," kata Lukman.
Bagi Lukman, bekerja di BPBD harus memiliki mental kuat sebab mereka tidak akan pernah tau medan dan korban seperti apa yang harus dihadapi.
"Gak mikir macam-macam. Fokus mencari serpihan tubuh korban, segera kami serahkan ke perangkat desa agar secepatnya disempurnakan. Dimakamkan," ucapnya.
Sejak hari pertama evakuasi hingga ketiga, sembilan kantong jenazah mereka gunakan. Kantong-kantong itu menjadi wadah mengumpulkan serpihan bagian tubuh yang telah hancur lebur. Bahkan terlempar hingga sejauh 150 meter lebih.
Ada yang ditemukan di sela dedaunan, di sela reruntuhan rumah tetangga yang ikut terdampak. Ada juga di atap rumah warga lainnya. Semua dalam kondisi gosong dan telah mengering.
Baca selengkapnya di sini.
(ryh/rds)