Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara mengalami Kebakaran hebat hingga merembet ke permukiman warga yang berada di dekat kawasan objek vital tersebut, Jumat (3/3) malam.
Rumah-rumah warga hanya dibatasi sebuah pagar tembok Depo Pertamina. Beberapa rumah, mobil, dan motor hangus terbakar. Korban jiwa juga berjatuhan.
Warga di kawasan itu masih ingat memori kebakaran pada 2009 silam. Kala itu, tangki bensin di depo Plumpang terbakar lantaran gesekan antara slot ukur dan alat pengambil sampel bahan bakar minyak (BBM).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Depo Pertamina Plumpang beroperasi sejak 1974. Depo berkapasitas 291.889 kiloliter itu memasok 20 persen kebutuhan BBM di Indonesia.
Berikut fakta-fakta penting terkait insiden kebakaran depo Pertamina Plumpang yang dirangkum:
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan kebakaran depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara awalnya diduga karena gangguan teknis.
Berdasarkan tinjauan dan laporan awal yang diterima, Sigit menjelaskan kebakaran terjadi pada Jumat (3/2) sekitar pukul 20.00 WIB.
Saat itu petugas depo sedang melakukan pengisian bahan bakar minyak jenis Pertamax yang dikirim dari Balongan. Kemudian, saat pengisian terjadi gangguan teknis yang mengakibatkan terjadinya tekanan yang berlebihan. Setelah itu, peristiwa kebakaran terjadi.
Penjelasan tersebut baru sekadar informasi awal, Sigit menyebut polisi masih terus mendalami penyebab munculnya api.
"Sifatnya teknis. Sehingga nanti bisa kita jelaskan secara scientific crime investigation tentang peristiwa yang sebenarnya. Khususnya terkait sumber api yang mengakibatkan terjadinya kebakaran," katanya.
Sigit mengatakan tim investigasi gabungan dari Polri serta pihak terkait masih mendalami penyebab terjadinya kebakaran di tempat tersebut.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan dua solusi merespons kebakaran Depo Pertamina Plumpang.
Menurutnya, Depo Pertamina bisa digeser ke daerah reklamasi atau penduduk di sekitar depo yang direlokasi. Ia menyebut kawasan tersebut terbilang berbahaya dan tidak bisa lagi ditinggali.
"Karena ini zona yang bahaya, tidak bisa lagi ditinggali, tetapi harus ada solusinya. Bisa saja Plumpang-nya digeser ke reklamasi atau penduduknya yang digeser ke relokasi. Nanti akan diputuskan oleh Pertamina dan Gubernur DKI," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan pemerintah Jakarta sudah pernah mengusulkan pembuatan zona buffer 50 meter pada tahun 2009 lalu. Namun, hingga kini masih belum terlaksana.
Ia pun meminta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono untuk mencarikan solusi terkait masalah ini.
"Saya sudah perintahkan kepada Menteri BUMN dan juga Gubernur DKI untuk segera mencari solusi dari kejadian yang terjadi di Plumpang," ujarnya.