Budayawan Sunda Budi Setiawan GP alias Budi Dalton angkat suara soal guru di Kota Cirebon, Jawa Barat yang dipecat karena kritiknya pada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dengan kata 'maneh' yang artinya 'kamu' atau 'anda' dalam komentar di akun Instagram.
Muhammad Sabil Fadilah, guru di SMK Telkom Sekar Kemuning Kota Cirebon langsung dipecat setelah meninggalkan komentar di salah satu unggahan Instagram RK, Selasa (14/3).
Sabil mengomentari RK yang hadir dalam zoom bersama anak-anak sekolah tetapi menggunakan busana bernuansa kuning. RK diketahui kini merupakan kader Golkar yang memang warna partainya kuning.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam zoom ini, maneh teh keur (anda itu lagi) jadi gubernur Jabar atau kader partai, atau pribadi?" Tulis Sabil.
Menurut Sabil, ia dipecat setelah RK menuliskan pesan atau direct message RK ke media sosial instansi tempatnya bekerja. "Tidak pantas seorang guru seperti itu," tulis RK dengan melampirkan tangkapan layar komentar Sabil saat itu. Selain itu, RK sebelumnya menyematkan (pinned) tangkapan layar komentar Sabil di media sosial.
Merespons hal itu, Budi menilai pemecatan Sabil hanya karena menggunakan kata 'maneh' dalam kritik itu justru tak memiliki dasar. Dia menganggap penggunaan kata 'maneh' oleh Sabil justru ingin menunjukkan keakraban di dalam pergaulan sesama penutur bahasa Sunda.
Apalagi RK, klaimnya, juga selama dikenal sebagai kepala daerah yang dekat dengan rakyatnya.
Dia menerangkan penggunaan kata 'maneh' sebetulnya sama dengan 'aing'. Dua kata yang menunjukkan diri subyek itu mengalami pergeseran makna atau konotasi, dari semula dianggap kata kasar. Menurut Budi, 'maneh' saat ini justru bermakna untuk menunjukkan kedekatan.
"Saya khawatir guru ini memakai kata 'maneh' justru ingin mengharapkan rasa akrab terhadap Pak Gubernur," kata Budi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (17/3).
Bicara soal tradisi penggunaan bahasa Sunda, Dalton menerangkan, Sabil memang bisa menggunakan kata lain yang dianggap lebih halus dari 'maneh', seperti misalnya anjeun.
Namun, Budi menganggap penggunaan 'anjeun' yang juga sama-sama bermakna 'kamu' atau 'anda' dalam bahasa sehari-hari masyarakat Sunda justru dinilai aneh.
"...'Anjeun' ini jarang [dipakai] dalam berkomunikasi. Bahkan, kalau guru ini pakai 'anjeun', aneh. Bakal ketawain orang Sunda [meresponsnya]," kata pria yang tercatat sebagai pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung itu.
Oleh karena itu, Budi meyakini pemecatan Sabil bukan serta merta karena komentarnya ke RK. Dia menduga ada sebab lain sehingga guru tersebut dikeluarkan dari sekolahnya.
Atau, lanjut Budi, anggapan RK yang dekat dengan rakyat selama ini justru sebaliknya. Sebab ia heran hanya dengan penggunaan kata 'maneh' seorang guru bisa dipecat.
"Mungkin ada yang lain. Tapi kalau dari kata 'maneh' itu sangat multi tafsir. Pada saat Pak Gubernur menanggapinya begitu, artinya kita tahu berarti itu kurang dekat dengan rakyatnya," sindir seniman Sunda yang juga dikenal sebagai aktor film tersebut.