MUDIK LEBARAN 2023

Mengapa Mesti Pulang Kampung: Mengulik Akar Tradisi Mudik

CNN Indonesia
Kamis, 13 Apr 2023 13:30 WIB
Mudik dari era kuno hingga sekarang memiliki satu tujuan: membantu mengobati stres dan mengisi kekosongan jiwa manusia kota.
Sejumlah pemudik tujuan Ende, pulau Flores berada di atas kapal Ferry. Mudik menjadi fenomena rutin yang terjadi di Indonesia tiap hari raya Idul Fitri tiba. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha./hp.)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tradisi mudik kala Hari Raya Idul Fitri menjadi hal yang dianggap sebuah kemestian, berujung menjadi rutinitas tahunan yang umum terjadi di Indonesia. Perjalanan ke kampung halaman yang dilakukan secara massal, dan difasilitasi oleh pemerintah dalam penyelenggaraannya.

Tahun ini diprediksi 123 juta orang mudik. Tiap tahun angka ini naik seiring pertumbuhan jumlah penduduk. Mudik didominasi pergerakan kaum urban lintas Jawa, dari Jabodetek menuju Jawa Tengah atau ke Jawa Timur.

Mudik mengandung hikayat dan sejarah. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) Bondan Kanumuyoso mengamini fenomena pulang kampung memang sudah berlaku sejak terjadi perpindahan manusia dari daerah pedalaman menuju urban.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara etimologis, Bondan membenarkan teori kata 'udik' yang berasal dari bahasa Melayu kuno yang berarti selatan/hulu.

Hal ini merujuk ketika Jakarta masih bernama Batavia. Di masa itu, wilayah di luar tembok kota bagian selatan menyuplai hasil bumi untuk kota Batavia.

"Banyak orang yang ketika itu bermigrasi masuk ke Jakarta melakukan urbanisasi. Nah di kota besar kan budayanya sangat berbeda jauh dengan kehidupan di desa sehingga ada rasa kerinduan," jelas Bondan ketika dihubungi CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Tapi menurut Bondan, fenomena tersebut belum cukup kuat untuk menggambarkan definisi mudik seutuhnya. Bagi Bondan, mudik di era kolonial tidak mesti dikaitkan dengan perayaan Idul Fitri karena berbenturan dengan nilai kolonial yang diterapkan kala itu.

"Sebelum itu ya mana ada mudik, mana mungkin dulu pemerintah kolonial mengakomodir transportasi sebegitu masif?" sambungnya.

"Mudik di era modern kemudian baru populer tahun 1970-an," kata Bondan.

Sejumlah pemudik berada di atas kapal saat tiba di dermaga satu Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, Lampung, Jumat (29/4/2022). Menjelang H-3 Hari Raya Idul Fitri 1443 H, sebanyak 129.886  pemudik dan 31.934  kendaraan menyeberang ke Pulau Sumatera, sedangkan pemudik ke Pulau Jawa sebanyak 48.106 orang  dan kendaraan sebanyak 8.931. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nzMulai dari pelabuhan, terminal bis, hingga stasiun kereta berada pada masa tersibuknya ketika mudik Idulfitri. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)

Mengapa harus mudik?

Agus Maladi Irianto dalam jurnalnya "Mudik dan Keretakan Budaya" menilai bahwa mudik dari era kuno hingga sekarang memiliki satu tujuan: membantu mengobati stres dan mengisi kekosongan jiwa manusia kota.

Budayawan Universitas Diponegoro membenarkan bahwa mudik memiliki spiritual-kultural seperti yang pernah digambarkan Umar Kayam (2002). Mudik hadir sebagai warisan para leluhur dan terkait dengan kebiasaan petani Jawa berziarah ke makam para pendahulunya.

Tradisi mudik, menurut Umar Kayam, merupakan kebiasaan masyarakat Nusantara yang sudah ada sejak kerajaan Hindu-Buddha, namun perlahan luntur karena masuknya pengaruh Islam. Hadirnya Islam ke tanah Nusantara disebut Kayam memupuskan beberapa tradisi yang dianggap syirik, termasuk ziarah kubur.

Hingga kemudian, akulturasi antara ajaran Islam dan tradisi asli Nusantara -- di tanah Jawa khususnya -- tidak dapat terhindar, sehingga kebiasaan-kebiasaan tersebut tetap bertahan hingga saat ini.

[Gambas:Video CNN]


Namun hingga tulisan ini dibuat, tidak ada bukti konkret yang melandasi teori milik Umar Kayam seperti tercantum dalam jurnal milik Irianto di atas.

Namun secara pasti, Irianto menegaskan tidak ada mudik yang tidak diawali oleh proses migrasi dari desa ke kota. Kota selalu dipandang lebih menjanjikan secara ekonomi maupun pendidikan, dibandingkan dengan di desa.

Ditilik dari dimensi sosial, mudik juga dapat menjadi wadah saat masyarakat migran kembali ke desa dengan status yang berbeda dan dapat mempengaruhi orang lain untuk mengikuti jejaknya.

Bagi para pemudik, kota hanyalah tempat tinggal sementara. Di sisi lain, mereka merasa rumah mereka masih berada di desa asal mereka.

(far/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER