Ida Dayak, Potret Budaya Instan dan Layanan Medis yang Belum Memuaskan

CNN Indonesia
Kamis, 06 Apr 2023 08:32 WIB
Sosiolog Universitas Andalas, Indradin menilai fenomena pengobatan alternatif seperti Ida Dayak yang kemudian viral tidak hanya sekali terjadi di masyarakat.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menilai fenomena Ida Dayak sedikit banyak menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memang masih sangat terikat dengan budaya dan kepercayaan leluhur. Ilustrasi (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Terpisah, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menilai fenomena Ida Dayak sedikit banyak menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memang masih sangat terikat dengan budaya dan kepercayaan leluhur atau bahkan hal-hal yang bersifat metafisika.

Hermawan menyebut banyak masyarakat yang belum terpuaskan dengan layanan pengobatan medis, seperti BPJS. Ia menilai masyarakat memang cenderung mencari pengobatan yang sesuai dengan keinginan mereka, salah satunya melalui cara instan.

Namun, Hermawan tak menyalahkan masyarakat lantaran tak sedikit masyarakat yang enggan berobat ke fasilitas kesehatan lantaran pelayanan kesehatan di Indonesia membutuhkan proses yang tidak sebentar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi masyarakat itu merasa pelayanan kesehatan yang selama ini ya secara psikologi publik, itu terkesan ribet, berulang, mahal, dan tidak nyata kesembuhannya," kata Hermawan kepada CNNIndonesia.com, Rabu (5/4).

Hermawan menjelaskan masih banyak masyarakat yang tidak memahami bahwa proses pengobatan harus melalui beberapa tahap, seperti pemeriksaan anamnesa dan fisik, observasi kondisi, pemeriksaan laboratorium, diagnosis, hingga berujung tindakan ataupun pemberian obat rutin.

Belum lagi kemudian kunjungan ke tenaga kesehatan atau tenaga medis yang terus berulang seperti kontrol dan sebagainya, sehingga menimbulkan keengganan bagi masyarakat untuk berobat.

"Nah, berikutnya juga mahal. Misalnya tindakan operasi untuk patah tulang atau wilayah-wilayah orthopedi itu kan diakses mahal, apalagi mereka yang tidak memiliki JKN atau BPJS," katanya.

Selanjutnya, Hermawan juga menilai teatrikal yang dilakukan Ida dengan kemudian mengenakan kostum dayak menambah animo masyarakat lantaran mereka akan merasa dekat dengan budaya nenek moyang.

"Buat masyarakat itu magis, dan sugesti menjadi ujungnya. Hal-hal seperti itu menjadi euforia dan harapan," ujarnya.

Lebih lanjut, Hermawan tak melarang warga memilih pengobatan alternatif lantaran tertuang dalam sejumlah regulasi. Di antaranya PP Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional. Kemudian Permenkes Nomor 15 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.

Permenkes Nomor 61 Tahun 2016 Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris, Permenkes Nomor 37 Tahun 2017 tentang pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi serta UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

Ia menyebut Indonesia memiliki warisan budaya termasuk pengobatan tradisional. Namun hal itu menurutnya tetap harus didukung penelitian empiris serta berdasarkan kajian ilmiah, sehingga ia meminta masyarakat tetap berhati-hati.

Hermawan juga meminta agar praktik pengobatan tradisional ataupun tenaga penyehat tradisional (Hatra) memiliki surat terdaftar penyehat tradisional (STPT). Dengan demikian, terdapat jaminan keamanan untuk pengobatan yang diberikan kepada masyarakat.

"Jangan sampai ada sugesti dan euforia sesaat tetapi berdampak pada risiko besar di kemudian hari. Sebab misalnya, meluruskan tulang yang patah itu tidak sekedar lurus, tetapi di situ ada sistem saraf, peredaran darah, organ yang berpotensi terganggu kalau asal diluruskan," kata Hermawan.

"Nah hal-hal itu secara medis kan sudah tuntas ya, karena akan di-rontgen, dipelajari bagaimana struktur tulangnya, sistem saraf, kan di medis begitu ya. Betapa tidak mudah untuk mengatakan benar apa yang dilakukan Ida Dayak, tetapi kita juga tak bisa menolak sampai ada penelitian ilmiah atau kajian lebih lanjut," imbuhnya.

(khr/fra)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER