Ia bertanya-tanya sebenarnya untuk apa dijadikan Anggota Dewan Pakar Partai NasDem. Connie pun tak pernah berstatus kader partai tersebut.
Meski demikian, ia tetap menghargai penunjukan itu karena hormat terhadap Surya. Ia sering memberi masukan ke Surya dan elite NasDem terkait kebijakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, masukan Connie beberapa waktu terakhir sering dimentahkan. Misalnya, saat ia menyarankan agar Sekjen Partai NasDem Johnny G. Plate tak merangkap menjadi menteri Jokowi. Masukannya soal pencapresan Anies juga tak dipertimbangkan.
"Tapi kan tetap akhirnya masukan-masukan tersebut tidak ditanggapi," ungkapnya.
Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali merespons pernyataan Connie dengan cibiran. Dia menyebut Connie tak paham filosofi pendirian Nasdem.
"Kalau dia (Connie) bicara seperti itu, menunjukkan kebodohan dia, menandakan dia bukan kader partai," ucap Ali saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (12/4).
Ali menilai tak ada masalah bila NasDem mengusung Anies, Andika, ataupun Ganjar sebagai capres. Dia berkata NasDem didirikan bukan untuk kader partai, tetapi untuk semua anak bangsa.
Ia berkata pemilihan Anies sebagai capres justru bentuk kejujuran seorang Surya Paloh. Surya, ucapnya, mengakui ada sosok di luar partai yang berintegritas dan punya kapasitas untuk difasilitasi menjadi seorang presiden.
"Catat ya, Connie itu bukan anggota Partai NasDem. Dia anggota kehormatan yang ditunjuk dan tidak ber-KTA (kartu tanda anggota partai)," ujar Ali.
Lihat Juga : |
CNNIndonesia.com telah berupaya menghubungi Lestari Moerdijat untuk meminta konfirmasi dan tanggapan atas pernyataan Connie. Namun, ia tak merespons hingga berita ini diterbitkan.
Tak hanya Connie yang hengkang dari NasDem usai deklarasi Anies Baswedan sebagai capres. Sejumlah kader senior partai tersebut memutuskan undur diri.
Ketua Departemen Bidang UMKM DPP Partai NasDem Niluh Djelantik mengundurkan diri sesaat setelah Nasdem mendeklarasikan Anies. Ia mengumumkan hal itu melalui akun Twitter.
Niluh bercerita tak punya masalah dengan Anies. Ia pernah mendukung Anies saat menjadi tim pemenangan dan menteri Jokowi.
Meski begitu, Niluh mengungkit memori politik identitas dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Ia tak sepakat dengan polarisasi yang terjadi di Jakarta tersebut.
Anies menang di Pilkada 2017 usai menundukkan petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Salah satu isu sentral pada pilkada itu adalah penistaan agama yang dilakukan Ahok.
"Mungkin bukan dia (Anies yang melakukan), tetapi dia (terkesan) menikmati momen itu," ucap Niluh, 7 Oktober 2022.
Niluh mengaku tetap menghargai keputusan NasDem. Dia menyebut NasDem sebagai "rumah yang mulia dan indah". Akan tetapi, ia tetap keluar dari partai itu karena tak sepakat dengan pencalonan Anies.
Elite NasDem lainnya yang keluar usai pencapresan Anies adalah Ketua DPW Gerakan Restorasi Pedagang dan UMKM (Garpu) NasDem Sulawesi Utara (Sulut) Fredriek 'Didi Roa' Lumalente.
Wakil Ketua Bidang Hubungan Eksekutif di DPW NasDem Bali Anak Agung Ngurah Panji Astika juga membuat keputusan serupa.
Keduanya tak sejalan dengan keputusan NasDem mengusung Anies Baswedan sebagai capres.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai NasDem Hermawi Taslim pernah menegaskan NasDem tak kehilangan kader usai usung Anies jadi capres. Menurutnya, jumlah anggota NasDem justru bertambah.
"Seperti istilah atau pepatah mati satu tumbuh seribu dan esa hilang, seribu terbilang," ucap Hermawi, 6 Oktober 2022.
(dhf/pmg)