ANALISIS

PPP-PAN Tergoda Ganjar, ke Mana Golkar dengan Elektabilitas Airlangga?

CNN Indonesia
Jumat, 05 Mei 2023 10:17 WIB
KIB terancam bubar setelah PAN dan PPP tergoda mengusung Ganjar. Arah Golkar masih gamang karena kecilnya elektabilitas Airlangga Hartarto.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri) berbincang dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (kanan) sebelum pertemuan tertutup di Jakarta, Rabu (3/5/2023). (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Jakarta, CNN Indonesia --

Satu per satu anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) mulai nampak memberikan dukungan kepada calon presiden dari PDI Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang tergabung dalam KIB bersama Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) telah mendeklarasikan dukungan terhadap Ganjar sebagai capres. Bahkan, PPP dan PDIP resmi membangun kerja sama politik atau koalisi untuk mengusung Ganjar.

Di sisi lain, PAN juga memberi sinyal terkait dukungannya kepada Ganjar. Ketua Dewan Pakar PAN Drajad Wibowo menyatakan pengurus PAN banyak menggaungkan nama Ganjar untuk diusung sebagai capres di Pilpres 2024.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teranyar, Golkar justru dikabarkan telah sepakat bergabung dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang digagas Gerindra dan PKB. Ketua DPP PKB, Faisol Reza mengatakan ketiga partai bersepakat untuk membentuk koalisi besar, terutama setelah PPP meninggalkan KIB.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga mengatakan ada dua kemungkinan ihwal langkah Golkar dalam menentukan nasibnya.

Pertama, Golkar akan berkoalisi dengan KKIR jika tetap menginginkan Ketua Umumnya yakni Airlangga Hartarto menjadi capres atau cawapres pada Pilpres 2024.

Menurutnya, bergabung bersama Gerindra dan PKB adalah hal yang paling realistis. Sebab, Airlangga masih bisa bersaing dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.

"Kalau Golkar tetap menginginkan Airlangga Hartarto sebagai capres atau cawapres maka yang paling realistis adalah ke KIR," kata Jamiluddin kepada CNNIndonesia.com, Kamis (4/5) malam.

Namun, ia mengatakan jika Golkar berkoalisi dengan KKIR, maka peluang Airlangga sebagai capres sangatlah kecil. Hal itu lantaran elektabilitas Airlangga berada jauh di bawah Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Berdasarkan Survei Indikator Politik Indonesia pada Minggu (26/3), elektabilitas Airlangga berada di angka 0,9 persen. Dia menempati posisi enam jauh di bawah Ridwan Kamil dengan elektabilitas 20,3 persen dan Sandiaga Uno dengan elektabilitas 14,2 persen.

Kemudian, hasil Lembaga Survei Indonesia (LSI) dengan sampling 31 Maret 2023-4 April 2023 menyatakan elektabilitas Airlangga sebagai cawapres mencapai 2,7 persen. Sementara itu, hasil survei Polmark Indonesia sepanjang Januari-Maret menunjukkan elektabilitas Airlangga berada di angka 0,7 persen.

Kata dia, jika dilihat dari data survei itu, tentu yang paling berhak menjadi capres adalah Prabowo. Sementara Airlangga mengisi posisi cawapres.

"Kalau Golkar tetap menginginkan posisi capres tentu kalo bahasa saya itu tidak tahu diri karena elektabilitas dia kan sangat rendah. tidak mungkin dia kalau bergabung ke KIR ngotot untuk posisi capres," ujarnya.

Jamiluddin berpendapat bahwa Airlangga justru tidak akan mendapat posisi apapun jika memaksakan dirinya sebagai capres. Sebab, Airlangga tak memiliki nilai jual. Tak hanya itu, parpol koalisi juga akan menutup pintu bagi Golkar.

"Kalau dia tetap itu posisi yang diinginkan, saya yakin dia enggak dapat apa-apa dan tidak bisa berkoalisi kemanapun. Karena itu tadi nilai jual Airlangga Hartarto kecil sekali," kata Jamiluddin.

Jamiluddin mengungkapkan kemungkinan Golkar berkoalisi dengan PDIP jika partai beringin tak lagi menginginkan posisi capres atau cawapres. Menurutnya, PDIP akan membuka peluang bagi Golkar untuk bergabung jika mereka hanya menginginkan kursi menteri.

"Kedua, kalau Golkar itu tidak menginginkan capres atau cawapres tapi mungkin saja dia berharap beberapa kursi menteri, maka terbuka peluang baginya ke PDIP," ucapnya.

Sementara itu, kata Jamiluddin, kecil kemungkinan Golkar berlabuh ke Koalisi Perubahan bersama NasDem, PKS, dan Demokrat. Hal itu lantaran Airlangga memiliki kedekatan dengan Presiden Joko Widodo.

"Namun, kalau ke Koalisi perubahan tentu kecil sekali karena Golkar termasuk ketua umumnya itu dalam tanda kutip sudah bagian yang sulit dipisahkan dengan Jokowi. Karena itu peluang ke Koalisi Perubahan hampir dapat dipastikan tidak mungkin terjadi," ujarnya.

Pada Akhirnya KIB akan Bubar

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER