Hasil riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) terbaru menyebut kelompok muslim yang tak puas dengan kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) cenderung mendukung organisasi kekerasan ekstrem.
Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan menjelaskan kelompok tersebut memberikan dukungan secara terbatas terhadap empat organisasi kekerasan ekstrem. Dari empat organisasi, Front Pembela Islam (FPI) yang telah dibubarkan pemerinta, menjadi kelompok yang paling banyak didukung.
Djayadi menyebut kepuasan seseorang terhadap kinerja presiden menjadi salah satu penentu tinggi atau rendahnya dukungan terhadap organisasi ekstrem.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Muslim yang puas terhadap kinerja presiden cenderung tidak mendukung organisasi kekerasan ekstrem. Begitu juga sebaliknya, bagi muslim yang tidak puas terhadap kinerja presiden cenderung mendukung organisasi kekerasan ekstrem," ujar Djayadi dalam paparannya di Hotel Sari Pacific Jakarta, Kamis (4/5).
Djayadi mengatakan intoleransi secara signifikan meningkatkan dukungan terhadap organisasi kekerasan ekstrem. Semakin intoleran seseorang, maka dia semakin mendukung organisasi kekerasan ekstrem.
Selanjutnya, terdapat temuan soal muslim mendukung hukum syariah cenderung lebih mendukung organisasi kekerasan ekstrem dibandingkan muslim yang tidak mendukung hukum syariah. Temuan lain menyebut deprivasi relatif secara signifikan meningkatkan dukungan terhadap organisasi kekerasan ekstrem.
"Artinya, bagi Muslim yang menilai kelompok mereka diperlakukan tidak adil cenderung mendukung organisasi kekerasan ekstrem," ucap Djayadi.
Selain itu, ada juga terkait akses media. Dukungan seseorang terhadap organisasi ekstrem akan rendah apabila mengakses media konvensional. Kendati demikian, dukungan meningkat ketika lebih banyak mengakses media internet.
Ia menjelaskan dukungan terhadap organisasi ekstrem lebih banyak diberikan laki-laki daripada perempuan. Dukungan tersebut semakin mengecil terhadap masyarakat yang tinggal di perkotaan, tetapi membesar pada kelompok berpendidikan dan pendapatan lebih tinggi.
"Temuan-temuan survei ini menunjukkan di antara variabel-variabel diuji hubungannya dengan dukungan publik terhadap kekerasan ekstrem dan organisasi kekerasan ekstrem. Beberapa variabel signifikan sebagai kontributor dukungan, yaitu sikap intoleransi, dukungan terhadap hukum syariah, deprivasi relatif, norma gender regresif, dan sosio-demografi berupa kalangan usia muda," ujarnya.
Survei ini dilakukan pada 16-29 Mei 2022 dengan melibatkan 3.090 orang yang telah memiliki hak pilih sebagai responden. Mereka diwawancarai tatap muka oleh pewawancara terlatih.
Penentuan sampel survei ini menggunakan metode multistage random sampling. Margin of error survei ini sekitar 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
(pop/fra)