Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyinggung soal ChatGPT dan digitalisasi pendidikan serta meminta guru adaptif agar tak tergantikan teknologi baru.
"Sekarang ini kita kan menghadapi ChatGPT, digitalisasi pendidikan, dengan pembelajaran yang luar biasa," ujar Ketua Umum PB PGRI Prof. Dr. Unifah Rosyidi, di Semarang, Minggu (7/5), disitat dari Antara.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemajuan teknologi yang pesat di dunia pembelajaran, kata dia, harus diimbangi kesiapan guru. Dia mengingatkan jika tak antisipatif maka guru 'bisa tergantikan'.
"Walaupun, sebenarnya guru enggak bisa digantikan, tetapi kan harus di-'endridge', ditingkatkan 'capacity'-nya," kata dia.
Guru, katanya lagi, mesti difasilitasi hingga punya empati, mampu mengangkat dan mendorong semangat anak didik. Hal ini yang dia sebut tak dimiliki teknologi kecerdasan buatan.
"Tapi guru sendiri kan punya persoalan, seperti kesejahteraan, dan sebagainya. Kami 'committed' kepada guru PPPK, juga kepada guru-guru yang belum disertifikasi. Jadi, memang masih banyak persoalannya," ucap Unifah.
Lihat Juga : |
PGRI dikatakan terus berupaya memperjuangkan kesejahteraan guru dengan langkah yang konstruktif sehingga permasalahannya sedikit demi sedikit bisa terurai, seperti terkait 3.043 guru yang lulus tes PPPK tapi dibatalkan.
"Kami melakukan dialog konstruktif, misalnya 3.043 guru bisa diangkat berikutnya. Kemudian di PMK (Peraturan Menteri Keuangan) Nomor 212 /PMK.07/2022 sudah tersedia gaji penuh dari pusat ke daerah," katanya.
(fea)