Politikus PDIP Deddy Yevri Sitorus mengatakan politikus Partai Demokrat Benny K Harman seperti orang mabuk setelah menuding Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumandangkan perang.
Menurut Deddy, urusan pencalonan presiden sepenuhnya kewenangan partai politik. Ia menyebut tak ada partai politik yang menyerahkan kedaulatannya kepada Jokowi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi omongan Benny itu seperti orang mabok atau panik, bukan omongan orang beradab dan bernalar," kata Deddy kepada CNNIndonesia.com, Selasa (9/5).
Deddy menyebut Istana merupakan kediaman yang melekat dengan presiden. Menurutnya, presiden bebas bicara apa saja di situ sepanjang tidak melawan hukum dan kepantasan.
"Sepanjang tidak bicara atau melakukan hal-hal yang melawan hukum dan kepantasan, kenapa harus nyinyir?" ujarnya.
Deddy meminta Benny fokus mengurus partai dan capresnya alih-alih mencari popularitas dengan mengkritik Jokowi. Menurutnya pernyataan Benny tidak akan mendapat simpati karena rakyat cerdas.
"Pernyataan seperti itu hanya akan merugikan dirinya sendiri, partainyabdan capresnya," kata anggota Komisi VI DPR itu.
Benny K. Harman sebelumnya menilai Jokowi telah mengumandangkan perang dengan rakyatnya sendiri karena mengumpulkan ketum parpol koalisi pemerintah di Istana Kepresidenan Jakarta.
Benny menyebut tindakan itu bisa diartikan Jokowi tidak netral di Pilpres 2024. Ia pun mengingatkan Jokowi bahwa jabatan presiden yang diembannya bukan hanya untuk kelompok atau golongan tertentu.
"Jika benar presiden tidak netral dalam pilpres dan pileg apalagi menjadikan Istana Presiden markas tim sukses capres tertentu, maka Presiden Jokowi sebenarnya lagi mengumandangkan perang, perang semesta melawan rakyatnya sendiri," kata Benny lewat akun Twitter-nya @BennyHarmanID, Senin (8/5).
(thr/fra)