Yusril Bicara Julukan Natsir Muda dan Tuduhan Ingkari Ideologi Masyumi

CNN Indonesia
Jumat, 12 Mei 2023 17:20 WIB
Yusril Ihza Mahendra merespons anggapan dirinya sudah tidak lagi melanjutkan ideologi Masyumi dan Mohammad Natsir (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra memberikan penjelasan kepada kalangan yang menganggap partainya tak lagi punya ideologi yang sama seperti Masyumi di masa lalu.

Yusril menanggapi dengan santai. Terutama mengenai anggapan PBB kini terlalu pragmatis karena bekerja sama dengan partai nasionalis seperti PDIP ketimbang golongan Islamis.

"Ketika sesuatu sudah menjadi sejarah, orang melihat dari sisi-sisi idealnya, tetapi tidak melihat bahwa ini politik," kata Yusril dalam Podcast What the Fact! Politics CNNIndonesia.com, Kamis (11/5).

Dahulu, PBB digadang-gadang bakal menjadi penerus Partai Masyumi yang bernafaskan Islam. Harapan terhadap PBB begitu tinggi saat pertama kali ikut Pemilu 1999. Pasalnya, dulu Masyumi sangat berjaya di masa lalu.

Yusril pun pernah dijuluki sebagai 'Natsir Muda' lantaran dianggap bakal melanjutkan pemikiran-pemikiran Mohammad Natsir lewat PBB. Yusril juga mengaku sering berbincang dengan Natsir mengenai berbagai hal.

Dia mengamini ada kalangan yang menganggap dirinya saat ini berbeda dengan dulu saat dijuluki sebagai Natsir Muda. Akan tetapi, Yusril merasa perbandingan yang dipakai tidak pas.

"Mereka tahu terlalu banyak tentang saya, tapi tahu terlalu sedikit tentang Natsir. Jadi membandingkannya tidak balance," kata Yusril.

Yusril menjelaskan bahwa dulu Masyumi pun tidak menutup diri dari kelompok atau partai manapun. Dia memberi contoh ketika Masyumi bergabung dalam Kabinet Amir Syarifuddin yang beragama Kristen dan penganut komunis.

Bahkan, waktu itu yang menjadi menteri dari Masyumi dalam kabinet adalah Mr. Kasman Singodimedjo. Sosok tersebut dikenal Masyumi garis keras. Namun, tetap mau bekerja sama dengan kabinet yang dipimpin oleh seorang komunis.

Lalu di era Republik Indonesia Serikat (RIS) hasil Konferensi Meja Bundar dengan Belanda, Mohammad Natsir dari Masyumi juga bekerja sama dengan petinggi Partai Komunis Indonesia (PKI) D.N. Aidit.

Kala itu, kata Yusril, Natsir berdiskusi panjang lebar dengan Aidit membicarakan pembubaran RIS lewat mosi integral bersama sejumlah partai.

"Dia (Natsir) harus berdiskusi banyak dan dia cerita kepada saya 3 malam berdiskusi dengan D.N. Aidit. Akhirnya mosi integral itu ditandatangani Ir. Sakirman sekjen PKI pada waktu itu," ucap Yusril.

Yusril mengungkit kembali itu semua seraya memberi penjelasan bahwa politik hari ini dan dulu memiliki kesamaan. Jika PBB saat ini bekerja sama dengan PDIP dalam kepentingan tertentu, dulu Masyumi pun berhubungan dengan PKI.

"Politik itu sebenarnya pertarungan keras dulu dan sekarang lebih kurang sama. Politik itu tidak bisa sendiri. Dia harus bekerja sama dengan orang lain," kata dia.

(bmw/wis)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK