Asrinaldi mengaku mulanya begitu kagum dengan lembaga survei pada era Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Lembaga itu lahir pada dekade 1970an silam dan masih eksis hingga saat ini. Lembaga yang dulu dilahirkan Perhimpunan Indonesia untuk Pembinaan Pengetahuan Ekonomi dan Sosial (BINEKSOS) itu bergerak di bidang penelitian, pemberdayaan, pendidikan politik, ekonomi, sosial, serta penerbitan.
"Awalnya saya sangat respek, pertamanya LP3ES. Itu sangat luar biasa sekali," kata dia.
Setelah LP3ES, Asrinaldi mengatakan seiring berjalannya waktu, muncul beberapa lembaga survei yang mulanya mencari mitra untuk bekerja sama, namun berakhir dengan memublikasikan hasil survei untuk menunjukkan eksistensi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya banyak lembaga survei yang ingin mencari keuntungan dan kecenderungan masyarakat kepada lembaga tersebut, sehingga dipermainkan. Oleh karena itu, ia menyebut lembaga survei kini justru menunjukkan tren independensi yang semakin buruk.
"Kalau dilihat trennya sekarang dengan banyak lembaga survei membuat orang semakin bingung sehingga orang tidak percaya ya itu menggambarkan hasil survei semakin lama semakin buruk," kata Asrinaldi.
Asrinaldi menyatakan integritas sebuah lembaga survei tecermin pada kemandiriannya dalam membiayai survei tersebut.
Menurutnya, jika pembiayaan dilakukan secara pribadi, maka bisa dipastikan lembaga itu berintegritas. Namun sebaliknya, jika pembiayaan tidak transparan, maka perlu dipertanyakan integritas lembaga survei itu.
"Kalau dia bisa menunjukkan bahwa dia membiayai itu tidak bergantung pada orang lain berarti dia independen. Kalau dia independen berarti integritasnya bisa dijaga," ujarnya.
"Tapi kalau independensinya itu tidak bisa ditunjukkan kepada publik bagaimana kita mempercayai integritasnya," sambung Asrinaldi.
Sementara itu Wasisto mengatakan kredibilitas lembaga survei bisa dilihat dari terafiliasinya lembaga tersebut dengan asosiasi. Salah satu asosiasi yang menampung lembaga survei adalah Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi).
Menurutnya, lembaga yang tergabung dalam Persepsi tak akan melakukan tindakan menyimpang lantaran adanya kode etik yang mengikat.
Lebih lanjut, Wasisto menuturkan hasil survei bisa dipercaya validitasnya jika sampel yang digunakan dalam mengambil data tersebar merata di seluruh Indonesia. Selain itu, sampel juga representatif dengan populasi penduduk.
Dia menyebut salah satunya Litbang Kompas yang memiliki sampel yang begitu besar, sehingga membuat banyak masyarakat mempercayai hasil survei tersebut ketimbang survei lainnya.
Wasisto mengatakan integritas sebuah lembaga survei bergantung pada intepretasi publik dalam melihat hasil survei tiap lembaga. Hal itu juga dapat dilihat berdasarkan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel saat melakukan survei.
"Tapi paling tidak publik bisa lebih cerdas dalam membaca hasil survei. Misalnya berapa responden dan durasi survei di lapangan. Kedua hal itu krusial dalam menghasilkan temuan survei," ujarnya.
CNNIndonesia.com telah menghubungi Ketua Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Philips Vermonthe dan dua anggota lain Persepi yakni Djayadi Hanan serta Hamdi Muluk sejak Rabu (8/6) malam. Namun, semua yang dikontak itu belum merespons hingga berita ditulis.
(lna/kid)