ANALISIS

Goda Demokrat, PDIP Goyang Koalisi Anies

CNN Indonesia
Senin, 12 Jun 2023 10:19 WIB
Ketua DPP PDIP Puan Maharani berencana bertemu Ketum Demokrat AHY dalam waktu dekat. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

PDI-Perjuangan (PDIP) membuka diri untuk menjalin kerja sama dengan Partai Demokrat di Pilpres 2024. Ketua DPP PDIP Puan Maharani diagendakan bertemu Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhono (AHY).

Mengawali rencana kerja sama politik ini kedua sekretaris jenderal masing-masing partai telah bertemu kemarin. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Sekjen Demokrat Teuku Riefky mematangkan pertemuan Puan dan AHY.

Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan pertemuan kedua sekjen ini juga membahas peluang kerja sama PDIP dengan Demokrat di kontestasi politik lima tahunan.

Ia belum menjelaskan lebih jauh soal tanggal pertemuan antara anak Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan anak Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri tersebut.

Pengamat Politik Universitas Andalas Asrinaldi mengendus gelagat PDIP mengajak Demokrat bekerja sama untuk menjegal Anies Baswedan mendapat tiket maju sebagai calon presiden (capres) 2024.

Sejauh ini Demokrat telah membangun koalisi dengan NasDem dan PKS untuk mengusung Anies di Pilpres 2024. Koalisi Perubahan untuk Persatuan ini telah memenuhi presidential threshold.

"Saya melihat kerja sama dua partai ini tentu untuk kepentingan Pemilu. Apalagi PD (Partai Demokrat) adalah bagian dari koalisi Perubahan yang digagas oleh NasDem. Jika PD bergabung dengan koalisi PDIP tentu koalisi perubahan untuk persatuan tidak bisa mencalonkan Anies," ujar Asrinaldi kepada CNNIndonesia.com, Minggu (11/6) malam.

Namun, Asrinaldi mengatakan dua partai ini baru tahap penjajakan. Menurutnya, tawaran ini tak mudah bagi Demokrat, sehingga harus ada pertimbangan yang mendalam untuk mengkaji untung-rugi kerja sama dengan PDIP.

Menurutnya, jika bergabung dengan PDIP, Demokrat dapat memperoleh keuntungan berupa perbaikan hubungan dengan partai penguasa. Di sisi lain, Demokrat bisa dinilai inkonsisten oleh publik yang bisa berimbas pada suara partai.

"Sementara bagi PDIP ini hanya keinginan untuk menggoda Partai Demokrat apakah bersedia meninggalkan Koalisi Perubahan," ujarnya.



Peta koalisi berubah

Lebih lanjut, Asrinaldi mengatakan gerilya PDIP ini bisa mengubah peta koalisi jika berhasil menggaet Demokrat. Ia pun berani memprediksi hanya Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto yang bertarung di Pilpres 2024.

Ia menilai partai-partai pemilik kursi di DPR, selain PKS dan NasDem, akan merapat ke salah satu poros koalisi Ganjar dan Prabowo. Saat ini Golkar dan PAN yang belum menyatakan dukungan kepada Ganjar maupun Prabowo.

Golkar dan PAN bersama tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Namun, PPP telah menyatakan dukungan ke Ganjar akhir Mei lalu. Meskipun demikian, Golkar dan PAN tetap bisa mengusung capres walau hanya berdua.

Berbeda dengan NasDem dan PKS yang tak memenuhi ambang batas pencalonan presiden jika Demokrat bergabung dengan PDIP.

"Pilpres satu putaran dan keadaannya pada akhirnya akan sama dengan rezim hari ini. Jika salah satu capres yang menang yang lain akan masuk dalam koalisi. Jadi Pilpres jadi alat untuk melegitimasi kekuasan para oligarki dengan alasan persatuan bangsa," katanya.

Di sisi lain, Asrinaldi menganggap PDIP khawatir melawan Anies sehingga mencoba menggoyang koalisi yang digagas NasDem dengan merayu Demokrat. PDIP juga sempat mengungkap bahwa AHY masuk kandidat cawapres pendamping Ganjar.

"Bisa jadi seperti itu (PDIP tak percaya diri melawan Anies). Sebab kalau dua putaran, besar kemungkinan terjadi peralihan suara dari putaran pertama termasuk pemilih Ganjar," ujarnya.

Baca kelanjutan analisis di halaman berikutnya...

Rekonsiliasi PDIP dan Demokrat


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :