Balita di Buleleng Bali Meninggal karena Rabies Usai Digigit Anjing

CNN Indonesia
Selasa, 13 Jun 2023 18:00 WIB
Kadinkes Buleleng menjelaskan kronologi ketika pasien balita masuk ke RSUD Buleleng hingga meninggal karena diduga terinfeksi rabies.
Ilustrasi. Seorang balita perempuan di Buleleng meninggal diduga karena terinfeksi rabies.(iStockphoto/Lukasz Kochanek)
Jakarta, CNN Indonesia --

Seorang balita perempuan di Buleleng, Bali, meninggal diduga terinfeksi rabies setelah digigit anjing pada Minggu (11/6).

Anak warga Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, itu  meninggal pukul 20.20 Wita saat dirawat di RSUD Buleleng.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Buleleng Sucipto membenarkan informasi tersebut. Ia mengatakan kondisi balita tersebut memburuk pada pukul 20.00 Wita, Sabtu, hingga dinyatakan meninggal 20 menit setelahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya pasien balita itu dirawat di rumah sakit sejak Sabtu (10/6) dengan gejala tidak bisa minum air, nyeri saat menelan, gelisah, serta takut angin.

Balita itu meninggal dalam keadaan hipervelasi dengan diagnosis encephalitis rabies.

"Pukul 20.00 Wita, kondisi pasien melemah, disertai gelisah, pandangan kosong, panas berkeringat, dan halusinasi," ujar Sucipto, Selasa (13/6).

"Pukul 20.20 Wita, pasien dinyatakan meninggal dunia dengan penyebab langsung gagal napas, dengan penyebab dasar encephalitis rabies," sambungnya.

Ia mengungkapkan pasien balita tersebut memiliki riwayat digigit anjing peliharaannya. Anjing itu masih berusia lima bulan. Pasien digigit sekitar satu bulan lalu, saat hendak mengambil mainannya di bawah kolong tempat tidurnya.

Tidak disangka-sangka, anjing peliharaannya langsung menggigit lengan kirinya sampai mengakibatkan luka gores. Saat itu, balita tersebut tidak langsung dibawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan untuk mendapat penanganan medis.

Walhasil, korban tidak sempat mendapatkan vaksin antirabies (VAR).

"Setelah menggigit, anjing itu dibunuh oleh bapak pasien. Luka pada tangan kiri pasien hanya dicuci di rumah, menggunakan sabun dan air mengalir," jelas Sucipto.

"Karena luka itu dianggap kecil dan aman, sehingga (keluarga) pasien abai dan tidak melaporkan diri ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut," sambungnya.

Sebelumnya Kementerian Kesehatan menyatakan 95 persen kasus penularan rabies di Indonesia sejauh ini disebabkan oleh gigitan anjing.

"95 persen kasus rabies pada manusia didapatkan lewat gigitan anjing yang terinfeksi," ucap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Imran Pambudi lewat siaran pers, Sabtu (3/6).

Imran mengatakan hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia sebenarnya bukan anjing. Ada beberapa jenis hewan lainnya yang bisa menularkan lewat gigitan. Dia menyebut sebagian besar kematian akibat rabies itu disebabkan karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan (Faskes). Menurutnya, mereka datang ke faskes di atas satu bulan setelah mengalami gigitan.

"Rata-rata mereka baru panik pergi ke Faskes setelah tahu anjing yang menggigitnya itu mati. Jadi yang harus dilakukan jika digigit anjing yang pertama adalah harus segera mungkin pergi ke Faskes untuk dilakukan uji luka," tutur Imran.

Imran mengatakan saat ini ada 25 provinsi yang menjadi endemis rabies. Namun hanya delapan provinsi yang bebas rabies yakni Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, dan Papua.

Baca berita lengkapnya di sini.

(tim/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER