Waspadai Gejala Rabies, Demam Hingga Fobia Cahaya

CNN Indonesia
Sabtu, 03 Jun 2023 17:05 WIB
Kemenkes mengungkapkan gejala kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) pada manusia. Gejala tersebut mulai dari demam hingga fobia cahaya.
Ilustrasi. Kementerian Kesehatan mengungkapkan gejala rabies yang perlu diwaspadai. (AP/Yoma Times Suryadi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan gejala kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) pada manusia. Gejala tersebut mulai dari demam hingga fobia cahaya.

"Gejala rabies pada manusia di tahap awal gejala yang timbul adalah demam, badan lemas dan lesu, tidak nafsu makan, insomnia, sakit kepala hebat, sakit tenggorokan, dan sering ditemukan nyeri," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Imran Pambudi dalam keterangan resmi, Sabtu (3/6).

Usai merasakan gejala awal, kata dia, orang yang tergigit hewan penular rabies akan merasakan kesemutan atau rasa panas di lokasi gigitan. Selanjutnya, muncul fobia pada air, udara, dan cahaya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Cemas, dan mulai timbul fobia yaitu hidrofobia, aerofobia, dan fotofobia sebelum meninggal dunia," ujarnya.

Imran juga menjelaskan gejala hewan yang terkena rabies yakni karakter hewan menjadi ganas dan tidak nurut pada pemiliknya, tidak mampu menelan, lumpuh, mulut terbuka dan air liur keluar secara berlebihan.

Kemudian bersembunyi di tempat gelap dan sejuk, ekor dilengkungkan ke bawah perut di antara kedua paha, kejang-kejang, dan diikuti oleh kematian.

"Pada rabies asimtomatik hewan tidak memperlihatkan gejala sakit namun tiba-tiba mati," ungkap Imran.

Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengimbau agar seseorang yang digigit oleh anjing gila, maka harus cepat dilakukan pencucian sekaligus diberikan suatu virus anti rabies.

"Karena sudah ada wilayah KLB, maka harus dilakukan gerakan massal serentak yang dipimpin oleh pemerintah daerah yang melibatkan seluruh dinas terkait untuk melakukan penyisiran terhadap hewan-hewan terutama anjing yang memang akan berpotensi menjadi rabies. Anjing tersebut kemudian diberikan vaksinasi," kata Syahril.

Menurutnya, pemerintah perlu melibatkan komunitas pencinta hewan terutama pecinta anjing untuk bisa berperan dalam gerakan ini baik di tingkat nasional maupun daerah.

Syahril menegaskan bahwa penanganan utama perlu dilakukan terhadap hewan pembawa rabies seperti anjing, kucing dan kera.

"Sehingga vaksinasi rabies pada populasi anjing dan kucing minimal 70 persen dicapai, dimana saat ini baru 40 persen. Anjing dan kucing harus dipelihara dan jangan sampai ada hewan pembawa rabies berkeliaran," ujarnya.

Kemenkes mencatat hingga April 2023 sudah ada 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies, 23.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti rabies, dan 11 kasus kematian di Indonesia.

Kemenkes pada tahun ini telah mengadakan vaksin untuk manusia sebanyak 241.700 vial dan serum sebanyak 1.650 vial. Sebanyak 227.000 vial vaksin dan lebih dari 1.550 vial serum telah didistribusikan ke provinsi.

Kasus rabies mencuat setelah satu desa di Timor Tengah Selatan diisolasi karena Keadaan Luar Biasa (KLB) rabies sejak Selasa (30/5).

Kasus rabies di Timor Tengah Selatan diketahui dari laporan hasil pengujian sampel organ dua ekor anjing yang dinyatakan positif oleh Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar.

Kasus rabies di TTS ini telah menelan satu korban jiwa yakni AB (45) warga Desa Fenun, Kecamatan Amanatun Selatan.

(lna/pua)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER