Jejak Pengadaan Pesawat Tempur Era Prabowo: Mirage Bekas hingga Rafale

CNN Indonesia
Jumat, 16 Jun 2023 11:04 WIB
Kementerian Pertahanan (Kemhan) telah menandatangani kontrak pembelian 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 dari Qatar. Ilustrasi (ANTARA)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Pertahanan (Kemhan) telah menandatangani kontrak pembelian 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 dari Qatar. Kontrak pembelian pesawat tempur bekas ini sekitar US$792 juta atau Rp11,8 triliun.

Berdasarkan keterangan tertulis dari Kemhan, pengadaan pesawat itu dilakukan karena Indonesia membutuhkan alutsista pesawat tempur yang bisa melaksanakan delivery secara cepat untuk menutupi penurunan kesiapan tempur TNI AU.

Penurunan kesiapan tempur itu dikarenakan banyaknya pesawat tempur TNI AU yang habis masa pakai, banyaknya pesawat yang akan melaksanakan upgrade, overhaul/repair dan masih lamanya delivery pesawat pesanan pengadaan baru.

Rencananya pesawat ini akan dikirimkan 24 bulan setelah kontrak efektif dan akan ditempatkan di Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.

"Saat ini status kontrak dalam proses efektif kontrak," dikutip dari keterangan tertulis Kemhan, Kamis (15/6).

Saat ini, alutsista TNI AU berupa pesawat tempur yang sudah masuk dalam fase habis masa pakainya adalah pesawat F-5 Tiger.

Rencana penggantian pesawat F-5 Tiger dengan pesawat SU-35 Sukhoi terkendala dengan ancaman sanksi CATSA dan OPAC List dari pihak Amerika Serikat.

Sementara pesawat Hawk 100/200 juga sudah akan masuk pada fase habis masa pakai.

Kemhan juga bakal membeli pesawat baru seperti jet Dassault Rafale dan F-15 Super Eagle.

Namun berdasarkan kontrak, kedatangan tiga pesawat Rafale pertama baru akan terlaksana pada Januari 2026, sementara kontrak pesawat F-15 masih dalam tahap pembahasan Letter of Offer and Acceptance dengan Pemerintah AS (pembelian pesawat F-15 dengan skema FMS/Foreign Military Sales).

"Alasan Kemhan RI melaksanakan pengadaan pesawat Mirage 2000-5 Ex Qatari Air Force adalah karena Indonesia membutuhkan Alutsista pesawat tempur yang bisa melaksanakan delivery secara cepat untuk menutupi penurunan kesiapan tempur TNI AU," dikutip dari keterangan tertulis Kemhan.

Menhan Prabowo Subianto mengatakan Mirage 2000-5 adalah pesawat yang paling potensial untuk memenuhi kekuatan pertahanan udara selagi menunggu Rafale datang.

"Datang nanti yang pertama itu 3 tahun lagi, paling cepat. Nanti skuadron itu akan operasional mungkin 5-6 tahun lagi. Nah untuk menghadapi 5 tahun ini kita perlu yang disebut interim deterrent, untuk waktu 3-5 tahun ini segera kita butuh kemampuan ya. Nah dengan gitu kita lihat yang mana, kita lihat yang potensial adalah Mirage 2000-5," kata Prabowo.

Prabowo mengatakan meskipun bekas, pesawat yang diproduksi oleh Dassault itu memiliki teknologi canggih. Bahkan, mengarah ke teknologi yang digunakan di Rafale.

Prabowo juga menyebut jam terbang Mirage 2000-5 milik Qatar masih rendah.

"Ini yang kita akuisisi untuk nanti, karena Mirage ini cukup canggih dan walaupun dikatakan bekas tapi Qatar adalah negara yang sangat kecil jadi flying hours-nya masih sedikit. Jadi masih bisa kita pakai mungkin minimal 15 tahun, 20 tahun lagi," ujarnya.

Pembelian pesawat tempur Rafale

Pada Februari 2022 silam, Kemhan meneken kontrak kerja sama pembelian enam pesawat tempur generasi 4,5, Rafale. Pesawat tersebut juga diproduksi oleh Dassault, pabrik yang sama yang memproduksi Mirage 2000-5.

Enam pesawat itu termasuk dari kesepakatan untuk membeli 42 pesawat Rafale.

"Kita rencananya akan mengakuisisi 42 pesawat Rafale. Kita mulai hari ini dengan tanda tangan kontrak pertama untuk 6 pesawat," kata Prabowo saat itu.

Rafale disebut sebagai jet tempur serbaguna yang mampu melakukan semua misi penerbangan tempur, mulai dari superioritas udara dan pertahanan udara, dukungan udara jarak dekat, serangan in-depth, pengintaian, serangan anti-kapal dan pencegahan nuklir.

Di negara asalnya Prancis, Rafale memasuki armada militer Angkatan Laut Prancis pada 2004 dan Angkatan Udara pada 2006.



Kontrak pembelian aktif pada 9 September 2022. Saat itu, Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma Indan Gilang Buldansyah menyatakan pesawat pertama akan tiba di Indonesia sekitar akhir 2026 usai efektifnya kontrak tersebut.

TNI AU pun telah merencanakan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengoperasikan dan memelihara pesawat buatan industri Prancis tersebut.

Akhir Desember 2022, Prabowo dan Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Sébastien Lecornu juga bertemu dan membahas program pelatihan untuk para pilot pesawat tempur TNI AU seiring kedatangan Rafale.

(yoa/fra)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK